Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia di Ambang Gagal Bayar Utang

Kompas.com - 27/06/2022, 06:49 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber thefederal

NEW YORK, KOMPAS.comRusia terancam default alias gagal bayar atas obligasi negara senilai 100 juta dollar AS atau Rp 1,48 triliun (kurs Rp 14.847 per dollar AS).

Kalau hal itu terjadi, maka ini merupakan yang pertama kalinya dalam 1 abad terakhir, tepatnya sejak tahun 1918.

Mengutip thefederal, Rusia memasuki masa tenggang pada pembayaran obligasi hingga Minggu (26/6/2022) malam waktu setempat.

Baca juga: Dijatuhi Berbagai Sanksi, Rusia Terancam Default?

Berdasarkan dokumen obligasi, jika hingga Minggu malam waktu setempat Rusia tidak membayar obligasinya yang jatuh tempo, maka Rusia akan berada pada posisi default, yang diumumkan pada Senin pagi.

Saat ini Rusia menghadapi sanksi keuangan dari banyak negara setelah melakukan invasi ke Ukraina Februari lalu. Rusia juga sebelumnya menghadapi kecaman negara barat, dari sektor ekonomi, keuangan dan politk sebagaian besar negara.

Bagi Rusia, ini menandai posisi default asing pertama sejak era Bolshevik yang menolak pembayaran utang rezim kekaisaran pada tahun 1918. Saat itu, Rusia hampir mendekati momen default seperti tahun ini, tetapi berhasil terhindar dari posisi tersebut, setelah mengganti metode pembayaran.

Namun, saat ini jalan alternatif yang sempat digunakan Rusia telah diblokir pada Mei 2022 lalu atau beberapa hari sebelum jatuh tempo pembayaran 100 juta dollar AS. AS bahkan, menutup celah yang memungkinkan investor di Amerika menerima pembayaran obligasi Rusia.

Rusia sendiri menilai, negara – negara barat dengan sengaja mendorong situasi default. Hal ini mengingat, pada pada dasarnya Rusia memiliki kemauan serta kemampuan untuk membayar dari sumber daya yang dimilikinya, namun seolah tidak bisa melakukannya.

Takahide Kiuchi, ekonom Nomura Research Institute di Tokyo mengatakan, lembaga pemeringkat utama biasanya yang mengeluarkan deklarasi default, namun dalam posisi ini, para pemegang obligasi dapat berkumpul bersama untuk membuat pernyataan mereka sendiri.

"Deklarasi default adalah peristiwa simbolis. Pemerintah Rusia telah kehilangan kesempatan untuk menerbitkan utang berdenominasi dollar AS. Sementara itu, Rusia juga tidak dapat meminjam dari sebagian besar negara asing,” kata Kiuchi.

Meski demikian, Rusia berpendapat bahwa mereka telah memenuhi kewajibannya kepada kreditur dengan mentransfer pembayaran Mei ke agen pembayaran lokal. Awal pekan ini, Rusia berencana melakukan transfer lain dalam rubel, meskipun pada kenyataannya obligasi tersebut tidak mengizinkan opsi pembayaran dengan rubel.

Baca juga: Negara G7 Akan Larang Impor Emas Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com