JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan pelat merah, PT Garam menjelaskan, tidak semua pantai di Indonesia dapat digunakan sebagai tempat untuk produksi garam.
Direktur Utama PT Garam Arif Haendra mengatakan, dari segi produksi, pembuatan garam di Indonesia hanya dapat dilakukan di pantai utara Jawa, Jawa Timur, dan Madura ke timur.
"Hal ini lantaran, untuk membuat garam dibutuhkan radiasi panas yang sangat besar," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DRP RI, Senin (5/9/2022).
Untuk itu sebut dia, memproduksi garam di Pulau Sumatera atau Sulawesi hampir tidak mungkin dilakukan.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Industri, PT Garam Siap Bersaing dengan Garam Impor
Hal ini lantaran radiasi panas di tempat tersebut kurang maksimal. Selain itu, topografi wilayah di sana juga banyak yang terjal.
"Jadi butuh lahan yang datar sepanjang pantai," timpal dia.
Sebagai perbandingan, Arif menceritakan, Australia memiliki kualitas produksi garam yang lebih baik.
Dalam proses produksi, Australia mengalirkan air laut sepanjang 40 kilometer dari pantai untuk dikeringkan dan diuapkan di gurun.
Dari sana air laut diproduksi menjadi garam. Tak hanya itu, untuk meningkatkan daya jual, garam hasil pengeringan tersebut dicuci dan dijemur selama 3 sampai 5 tahun sebelum diekspor.
"Jadi cost of money-nya 3 sampai 5 tahun," ucap dia.
Sementara ucap Arif, PT Garam dan petani di Indonesia langsung melakukan penjualan sesaat setelah panen.
"Jadi memang kualitasnya kalah. Kadar airnya juga masih tinggi dan belum dicuci, karena dibutuhkan biaya untuk pencucian," tutup dia.
Baca juga: PT Garam Catat Pendapatan Rp 209,29 Miliar Kuartal II-2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.