Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Inflasi Tinggi dan Resesi Global Semakin Nyata

Kompas.com - 31/10/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIDAK untuk menakut-nakuti, faktanya dunia menghadapi resesi ekonomi serius. Dalam publikasi World Economic Outlook (WEO) bulan Oktober 2022, IMF memproyeksikan pada tahun 2022 dan 2023 terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang merata dan kenaikan inflasi tertinggi dalam beberapa dekade.

Ada dua alasan yang dikemukakan. Pertama dampak berlanjut dari pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menyumbat disrupsi pasokan energi dan pangan dunia.

Keduanya secara simultan berdampak buruk pada meningkatkan biaya hidup dari sektor energi dan pangan.

Untuk mengerem laju inflasi, banyak negara merespons dengan cara menaikkan suku bunga bank sentral dan kebijakan sektor keuangan yang ketat sejak awal 2022.

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan melambat dari 6 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan 2,7 persen pada 2023. Proyeksi pertumbuhan ekonomi saat ini adalah terburuk sejak 2001.

Inflasi global diperkirakan meningkat dari 4,7 persen pada 2022 menjadi 8,8 persen pada 2022. Meskipun akibat suku bunga tinggi pada 2022, diharapkan tahun 2023 menurun menjadi 6,5 persen pada 2023.

Kebijakan moneter ditujukan memulihkan stabilitas harga, sementara kebijakan fiskal ditujukan menurunkan tekanan pada biaya hidup atau cost of living.

Kebijakan moneter yang ketat dibarengi dengan disiplin kebijakan fiskal perlu dilakukan sementara untuk mendinginkan perekonomian.

Namun miskalukasi dalam pengetatan kebijakan moneter global dapat berakibat pada apresiasi dollar AS yang berlebihan dan depresiasi mata uang di dalam negeri, seperti rupiah.

Di dalam negeri kenaikan suku bunga dan kebijakan fiskal yang memperketat pengeluaran akan berakibat pada hambatan sektor riil dan program sosial. Ini dilema yang dihadapi dalam kebijakan layaknya sebuah vicious circle.

Dunia memasuki resesi?

Dalam dunia empiris, resesi ekonomi ditandai dengan penurunan kinerja ekonomi dalam beberapa bulan yang dtunjukkan dengan pertumbuhan PDB negatif, peningkatan pengangguran, dan penurunan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

AS dan dan Rusia sudah memasuki dua kuartal pertumbuhan ekonomi negatif pada 2022. Salah satu indikasi terjadi krisis ekonomi.

Negara-negara eropa barat akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada 2023.

Krisis ekonomi telah berdampak buruk dan makin dalam bagi Inggris. Hal ini disampaikan oleh Rushi Sunak pada hari pertamanya menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) baru Inggris.

"Saat ini negara kita sedang menghadapi krisis ekonomi yang mendalam," kata Sunak di luar Downing Street No.10, dikutip The Sydney Morning Herald, Rabu (26/10/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com