Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2022: Modus Penipuan Incar Saldo Rekening Bank

Kompas.com - 19/12/2022, 06:38 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang 2022 penipuan siber yang mengincar saldo rekening korban menjamur dengan berbagai macam modus.

Bukannya berkurang, pelaku justru semakin kreatif dalam membuat skenario penipuan agar bisa terus menjerat korban. Tentu saja hal ini juga didukung oleh teknologi yang semakin canggih dari waktu ke waktu.

Modus ini mulai dari mengaku sebagai pegawai bank untuk meminta kode OTP dan data pribadi korban, sampai memancing korban untuk mengunggah sebuah file agar pelaku bisa membobol rekening mobile banking korban dari jarak jauh.

Apapun modus penipuan yang dilakukan, tetap saja yang dirugikan ialah masyarakat. Saldo rekening yang sudah ditabung selama bertahun-tahun diambil pelaku dan sangat jarang bisa dikembalikan utuh ke korban.

Baca juga: Awas Modus Penipuan Soceng, Simak Tips dari OJK

Meski perbankan dan kepolisian telah bekerja sama untuk menangkap pelaku serta perbankan telah berupa memitigasi kejahatan siber ini, namun masyarakat juga diminta untuk selalu waspada dan tidak mudah terperdaya pelaku untuk memberikan data-data pribadinya.

Untuk memudahkan masyarakat mengetahui seperti apa modus-modus penipuan yang mengincar saldo rekening korban sepanjang tahun ini, Kompas.com merangkumnya dalam Kaleidoskop 2022.

1. Customer service palsu

Perbedaan customer service Bank Mandiri yang resmi dan yang palsu. Jika dilihat sekilas, username akun Bank Mandiri palsu hampir mirip dengan akun resminya. Namun jika dilihat dengan seksama, terlihat perbedaan pada tanda centang kuning pada akun Bank Mandiri resmi yang berarti akun tersebut terverifikasi sebagai akun resmi. Akun palsu tentu tidak akan mendapatkan tanda centang kuning dari Twitter.Tangkapan layar Twitter. Perbedaan customer service Bank Mandiri yang resmi dan yang palsu. Jika dilihat sekilas, username akun Bank Mandiri palsu hampir mirip dengan akun resminya. Namun jika dilihat dengan seksama, terlihat perbedaan pada tanda centang kuning pada akun Bank Mandiri resmi yang berarti akun tersebut terverifikasi sebagai akun resmi. Akun palsu tentu tidak akan mendapatkan tanda centang kuning dari Twitter.

Modus penipuan ini tidak hanya terjadi di 2022 tapi tahun-tahun sebelumnya pun sudah kerap terjadi. Namun sayangnya, korban yang tertipu modus inipun tetap ada.

Pelaku biasanya berpura-pura menjadi petugas bank dan menghubungi korban melalui telepon, SMS, platform perpesanan WhatsApp, email, dan media sosial.

Kemudian pelaku akan menggunakan kelihaiannya agar korban mempercayainya dan dengan sadar memberikan data pribadi kepada pelaku.

Data pribadi yang diminta dapat berupa kode OTP, PIN, kata sandi, nomor kartu debit atau kredit, hingga NIK KTP korban. Apapun data pribadi yang diminta, tujuan pelaku hanya satu yakni membobol rekening korban.

Jika beberapa tahun lalu modus ini hanya dapat ditemui melalui telepon dan SMS, kini modus ini banyak kita saksikan di media sosial.

Bahkan pelaku tidak kenal takut dengan menggaet korban-korban melalui kolom komentar unggahan akun resmi yang dimiliki bank.

Misalnya ketika korban melaporkan masalah atau pertanyaan terkait akun rekeningnya ke media sosial resmi bank, pelaku kemudian akan mengomentari unggahan korban dengan berpura-pura menjadi customer service palsu.

Umumnya, pelaku akan berpura-pura membantu korban dengan meminta korban mengisi formulir online, mengklik link website, atau menghubungi nomor tertentu. Hal ini untuk mendapatkan data pribadi korban agar pelaku dapat membobol saldo rekening korban.

Seperti yang terjadi pada seorang nasabah bank BUMN yang mengaku ditipu oleh akun twitter customer care palsu. Dia pun harus kehilangan dana hingga Rp 99 juta.

Korban menceritakan kisahnya melalui Twitter. "Kemarin aku kena penipuan dan pembobolan rekening Mandiri, total kerugianku mencapai kurleb (kurang lebih) Rp 99 juta," tulis korban, @twingkletaek***, dikutip Kompas.com, Selasa (8/3/2022).

Dia menceritakan, dirinya baru menjadi korban penipu Logam Mulia (LM) 10 gram. Lalu, korban membuat laporan via Flip melalui email. Karena tidak mendapat jawaban, korban pun mencuit dan mention Flip melalui Twitter, yang dibalas oleh customer care palsu mengatasnamakan Flip.

Layanan pengaduan palsu tersebut meminta korban menghubungi via WhatsApp. Setelah dihubungi, orang yang mengaku customer care Flip itu meminta korban mengisi link Mandiri Care karena korban mentransfer dana dari Bank Mandiri.

"Saya agak sketchy juga, kenapa ya saya disuruh isi itu. Dan saya kirimkan foto kepolisian dan KTP juga. Terus kemudian saya mencari lah mandiri care via twt," beber korban.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com