Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramalan Buruk IMF: Sepertiga Ekonomi Dunia Bakal Resesi pada 2023

Kompas.com - 04/01/2023, 06:10 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksi, perekonomian global akan mengalami tantangan yang lebih berat pada tahun ini dibanding tahun lalu. Ini disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

"Kenapa? Karena tiga (negara dan kawasan) perekonomian terbesar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China mengalami perlambatan secara serentak," ujar dia dilansir dari CNN, Rabu (4/1/2023).

Oleh karenanya, Georgieva bilang, IMF memprediksi hampir dari separuh perekonomian dunia akan mengalami resesi pada tahun ini. Bahkan, kondisi tersebut juga akan dirasakan oleh jutaan orang yang tinggal di negara yang tidak mengalami resesi.

Baca juga: 6 Tips Hadapi Potensi Resesi untuk Milenial

"Kami memproyeksi sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi. Bahkan, di negara tidak dalam zona resesi, tetap akan dirasakan oleh ratusan juta orang," tuturnya.

Lebih lanjut ia bilang, AS memang berpotensi terhindar dari zona resesi. Namun, kondisi perekonomian yang "suram" semakin terlihat di kawasan Eropa, imbas dari perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan.

"Separuh dari Uni Eropa akan mengalami resesi," kata dia.

Baca juga: 2023, Tantangan Resesi Ekonomi Dunia


Perlambatan Ekonomi China

Beralih ke Asia, perlambatan perputaran roda ekonomi yang dialami China dipastikan berdampak signifikan terhadap global. Negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, seiring dengan kebijakan pengetatan Covid-19, yang pada akhirnya mengakibatkan disrupsi rantai pasok dunia.

Presiden China Xi Jinping mengatakan, Negeri Tirai Bambu diproyeksi membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,4 persen pada 2022. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibanding dengan realisasi pertumbuhan tahun 2021 sebesar 8,4 persen.

"Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, perekonomian China berpotensi tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan global pada 2022," ujar Georgieva.

Baca juga: Alasan Pemerintah Terbitkan Perppu Cipta Kerja: Dari Resesi hingga Investasi

Sebelum Covid-19 merebak, China menyumbang sekitar 35-40 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global. Namun hal itu tidak lagi terjadi.

"Ketika saya berbicara dengan para pemimpin negara Asia, mereka mulai bertanya, apa yang akan terjadi dengan China? Apakah China akan kembali ke level pertumbuhan ekonomi yang tinggi?" kata dia.

Beijing memang telah mulai melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan pada awal Desember 2022. Meskipun pelonggaran itu akan memulihkan roda perekonomian, pemulihan akan berlangsung dengan sulit.

Pasalnya, pelonggaran yang dilakukan telah menimbulkan gelombang kasus Covid-19 baru. Ini kemudian berdampak terhadap perlambatan konsumsi serta produksi.

"Beberapa bulan ke depan akan menjadi sulit bagi China, dan dampaknya perekonomian China tumbuh negatif," ucap Georgieva.

Sebagai informasi, IMF memprediksi ekonomi global tumbuh 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2023. Ini lebih lambat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 3,2 persen.

Baca juga: UMKM Diyakini Bisa Bertahan Hadapi Ancaman Resesi Global 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com