Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Resesi tehadap Dunia Kerja

Kompas.com - 13/02/2023, 08:10 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Kondisi resesi yang saat ini tengah bergulir di AS menyebabkan banyaknya gelombang di pasar tenaga kerja.

Kondisi yang disebut dengan “Rolling recessions” atau resesi bergulir menjadi istilah yang popular saat ini sejak ekonomi AS melambat pada tahun 2022.

Istilah tersebut dapat diartikan, meskipun ekonomi mungkin tidak merefleksikan resesi secara teknis, namun ada beberapa sektor yang akan merasakan dampak tersebut dan berada dalam kontraksi.

Data dari situs jaringan populer LinkedIn menyebut, secara keseluruhan pasar tenaga kerja kuat, namun ada beberapa sektor yang terdampak.

Baca juga: Ekonomi Flat di Kuartal IV-2022, Inggris Terhindar dari Resesi

Rand Ghayad, kepala ekonomi dan pasar tenaga kerja global di LinkedIn mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi beberapa sektor yang menunjukkan berbagai sektor yang mulai mengetatkan tenaga kerja di perushaan mereka.

“Pasar tenaga kerja tetap lebih ketat dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi. Meskipun masih tangguh dan lebih kuat dari yang kita lihat pada periode pra-pandemi, tetapi mereka telah melambat secara bertahap dan kemungkinan akan terus melambat selama beberapa bulan ke depan,” kata Ghayad mengutip CNBC, Senin (13/2/2023).

Berbagai efek domino selama masa “Rolling recessions” juga mempengaruhi pasar kerja. Salah satu sektor yang terdampak adalah properti yang mengalami penurunan tajam tahun lalu, dan diikuti oleh indeks manufaktur yang menunjukkan kontraksi selama beberapa bulan.

Berdasarkan survei, Federal Reserve mencatat kondisi kredit yang secara signifikan lebih ketat, menunjukkan perlambatan ekonomi memukul sektor keuangan. Federal Reserve menyimpulkan, ketatnya pasar tenaga kerja sebagai motivasi untuk serangkaian kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk menjinakkan inflasi.

“Semuanya tergantung pada apa yang akan dilakukan Fed selama beberapa bulan ke depan,” kata Ghayad.

Bagi pencari kerja, “resesi bergulir” berarti akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di beberapa industri, sementara yang lain akan lebih sulit.

LinkedIn mengidentifikasi industri tertentu sebagai industri atau pemberi kerja yang lebih mudah mengisi kebutuhan pekerjanya, tanpa perlu menggunakan banyak insentif.

Industri-industri tersebut adalah administrasi pemerintahan, pendidikan dan layanan konsumen. Di industri ini jumlah pelamar melebihi jumlah lowongan pekerjaan.

Sementara pasar tenaga kerja yang sedikit lebih ketat meliputi, teknologi, hiburan, informasi dan media, layanan profesional, kawasan ritel, layanan ritel dan keuangan.

“Dalam industri ini, pelamar kerja lebih mudah menemukan peluang sementara pemberi kerja harus meningkatkan upaya perekrutan,” ungkapnya.

Pasar tenaga kerja yang sangat ketat termasuk sektor akomodasi, minyak dan gas, rumah sakit dan perawatan kesehatan. LinkedIn mengatakan, di bidang tersebut pemberi kerja tidak dapat mengisi kebutuhan pekerjanya dengan cepat.

Meskipun sektor perhotelan, restoran, bar, dan sejenisnya secara kolektif menaikkan upah per jam sekitar 23 persen, yang sekaligus secara konsisten telah menjadi pemimpin dalam memperluas daftar gaji, industri ini masih belum pulih benar usai pandemi.

“Industri ini sebenarnya masih mencari tenaga kerja yang banyak. Ini adalah industri yang paling ketat di Amerika Serikat. Ada banyak permintaan, dan mereka mencari pekerja. Industri yang berkaitan dengan makanan atau hiburan juga akan berkembang pesat,” tambah Ghayad.

Dari sudut pandang bisnis, Ghayad mengatakan ada empat industri yang tahan resesi, yakni pekerjaan di pemerintahan, utilitas, pendidikan, dan layanan konsumen. Dia juga menilai tidak ada penurunan yang signifikan dalam perekrutan di sektor tersebut.

Itu gambaran dunia kerja di Amerika Serikat. Bagaimana dengan Indonesia ya?

Baca juga: Meski Resesi Global, Kepala Otorita IKN Pede Ada Konglomerat Cari Tempat Parkir Uangnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com