Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capai Level Tertinggi 16 Tahun, Akankan The Fed Kembali Kerek Suku Bunga?

Kompas.com - 22/05/2023, 10:35 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Kebijakan pengetatan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) masih berpotensi berlanjut pada pertemuan Juni mendatang. Hal ini seiring dengan positifnya sejumlah indikator perekonomian Negeri Paman Sam.

Dilansir dari CNN, tingkat konsumsi ritel mengalami kenaikan pada April, setelah dua bulan berturut-turut terkoreksi. Selain itu, klaim pengangguran menurun dari dugaan awal, dan berada di bawah rata-rata historis.

Dengan melihat data-data tersebut, 36 konsensus pasar memproyeksi The Fed bakal kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen. Padahal pada pekan kedua Mei lalu konsensus pasar yang memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunga acuannya hanya sebesar 16 persen.

Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Didorong Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS

Pasalnya, pada awal Mei ini The Fed telah meningkatkan suku bunga acuannya menjadi 5 sampai 5,25 persen. Tingkat suku bunga acuan itu menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 16 tahun terakhir.

Pada pengujung pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, ketidakpastian akan terus berlanjut, tergantung dengan seberapa besar penurunan permintaan imbas dari pengetatan kredit serta efek kenaikan suiu bunga yang lebih lambat.

Meskipun demikian, para analis meyakini, The Fed akan menghentikan langkah kebijakan pengetatan moneternya pada pertemuan Juni. Minimnya sinyal dan persiapan menjadi salah satu alasannya.

"Tidak adanya persiapan (untuk kenaikan) merupakan sinyal dan menambah kepercayaan kami bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunga," tulis Evercore ISI, dikutip dari CNN, Senin (22/5/2023).

Senada, Chief Investment Officer Plante Moran Financial Advisors Jim Baird juga meyakini, The Fed menahan laju kenaikan suku bunga acuan. Namun, hal itu bukan lah suatu kepastian, sebab The Fed akan mempertimbangkan sejumlah faktor lain seperti debt ceiling AS, perkembangan situasi ekonomi, serta 'lag effect' dari pengetatan moneter.

Baca juga: Inflasi Meroket, Suku Bunga di Argentina Dekati 100 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com