Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Setoran Pajak Kian Melambat

Kompas.com - 21/09/2023, 06:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak berlanjut pada Agustus 2023. Hal ini selaras dengan menurunnya harga komoditas secara signifikan disertai penurunan nilai impor.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.246,97 triliun sampai dengan Agustus 2023. Nilai itu setara dengan 72,58 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023.

Adapun realisasi penerimaan pajak pada Agustus lalu mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka pertumbuhan itu melanjutkan tren penurunan sejak awal tahun ini, di mana pada Juli lalu penerimaan pajak tumbuh 7,8 persen secara yoy.

Baca juga: Punya 5 Strategi, Pemerintah Yakin Target Penerimaan Pajak di 2024 Tercapai

"Penurunan dari pertumbuhan dari tadinya 48,6 persen di awal tahun terus menurun dan melemah sampai di bulan Agustus ini sekarang hanya tumbuh 6,4 persen," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi September, Rabu (20/9/2023). 

Sementara itu, jika dilihat sejak awal tahun hingga Agustus 2023, penerimaan pajak hanya tumbuh 6,4 persen secara yoy. Pertumbuhan itu jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2022, yang mencapai 58,1 persen.

"Tentu saja karena tahun lalu di-drive oleh kenaikan berbagai komoditas dan pemulihan ekonomi dari basis yang sangat rendah di tahun 2021," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Ditjen Pajak Sebut Tidak Ada Strategi Khusus Bidik Pajak Orang Superkaya

Berdasarkan bahan paparan Kemenkeu, perlambatan penerimaan pajak utamanya disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, serta tidak berulangnya kebijakan program pengungkapan sukarela (PPS) atau tax amnesty.

Dampak penurunan nilai impor terefleksikan dari PPh 22 impor dan PPN impor yang terkoreksi signifikan. Tercatat PPh 22 impor yang berkontribusi 3,8 persen terhadap penerimaan pajak ambles 17,7 persen dan PPN impor yang berkontribusi 13,3 persen terkoreksi 18,8 persen.

Meskipun demikian, sejumlah jenis pajak masih mencatatkan kinerja yang positif, seperti PPh 21 yang berkontribusi 11,3 persen terhadap penerimaan pajak yang tumbuh 12,5 persen secara tahunan. Kemudian, PPh badan yang berkontribusi 25,1 persen masih tumbuh 12,7 persen.

"Jadi dari sini kita bisa lihat ekonomi kita masih terlihat adanya gambaran yang cukup mix, ada alasan melihat bahwa ekonomi kita masih cukup resilient di tengah kondisi global yang begitu sangat tidak pasti," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Pemerintah Bidik Pajak Orang Super Kaya pada 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com