Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia "Rebound" di Tengah Kekhawatiran Ketatnya Pasokan

Kompas.com - 27/09/2023, 09:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEWYORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia rebound pada akhir perdagangan Selasa (26/9/2023) waktu setempat atau Rabu pagi WIB, setelah sempat turun ke level terendah dua minggu pada awal perdagangan.

Penguatan dipengaruhi ekspektasi terhadap ketatnya pasokan minyak mentah di pasar global, melebihi kekhawatiran terhadap prospek ekonomi yang bergejolak dan berpotensi menekan permintaan.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 0,7 persen atau 67 sen AS menjadi sebesar 93,96 dollar AS per barrel. Lalu untuk minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,8 persen atau 71 sen AS ke level 90,39 dollar AS per barrel.

Baca juga: Mau Digugat Terkait Utang Rafaksi Minyak Goreng, Kemendag: Kami Ikuti Proses Hukumnya

Harga minyak dunia menguat setelah Rusia mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bensin dan solar ke sebagian besar negara untuk menstabilkan pasar domestiknya.

Namun Rusia akhirnya melonggarkan kebijakan tersebut dengan kontrak ekspor produk yang telah diterima oleh Russian Railways dan Transneft, dua perusahaan pemerintah Rusia, dapat terus berlanjut.

Bahan bakar gas dan bahan bakar yang mengandung sulfur lebih tinggi yang digunakan untuk bunkering (pengisian bahan bakar kapal) juga dikecualikan dari larangan tersebut.

Sementara untuk larangan ekspor bensin dan solar berkualitas tinggi tetap berlaku.

Baca juga: Rusia Longgarkan Larangan Ekspor Bensin, Harga Minyak Dunia Cenderung Flat

Meski dilonggarkan, pasokan minyak mentah di pasar global akan tetap mengetat. Hal ini seiring pula dengan keputusan Rusia dan Arab Saudi yang memperpanjang pemotongan produksi minyaknya sebesar 1,3 juta barrel per hari hingga akhir tahun.

"Pasokan minyak diperkirakan akan melemahkan permintaan di masa mendatang dan oleh karena itu, pelemahan apa pun, meskipun sangat mengejutkan, tidak akan bertahan lama," kata analis di pialang minyak PVM, Tamas Varga.

Pergerakan harga minyak dunia juga dipengaruhi kebijakan bank-bank sentral utama dunia yang memberi sinyal akan mempertahankan tren suku bunga tinggi.

Baca juga: Alasan SPBU BP-AKR Tak Lagi Jual BBM Setara Pertalite

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (European Central Bank) menegaskan komitmen mereka untuk terus memerangi tingginya inflasi, sehingga menandakan bahwa kebijakan moneter ke depan akan tetap hawkish.

Tren suku bunga tinggi akan berdampak pada naiknya bunga pinjaman yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga mengurangi permintaan terhadap minyak.

"Produk olahan minyak mentah masih berada di bawah tekanan karena kekhawatiran akan harga minyak yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan ditambah dengan tren suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama yang dapat menekan permintaan," kata Presiden Lipow Oil Associates LLC, Andy Lipow.

Kendati begitu, kenaikan harga minyak dunia pada perdagangan kemarin terbatas karena menguatnya dollar AS ke level tertinggi dalam 10 bulan. Penguatan dollar AS membuat harga minyak menjadi lebih mahal sehingga mengurangi permintaan terhadap minyak.

Baca juga: SPBU BP-AKR Setop Jual BBM Setara Pertalite

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com