Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI)
Lembaga Inovasi Perkoperasian

Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) merupakan lembaga inovasi perkoperasian di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2018, ICCI berupaya mengembangkan inovasi melalui produksi pengetahuan, inkubasi model, pengembangan ekosistem dan advokasi kebijakan.

Jaringan Inovator Koperasi (JIK) merupakan komunitas epistemik yang diinisiasi dan dikembangkan oleh ICCI. Anggotanya berasal dari para peneliti, akademisi, praktisi, aktivis, mentor dan konsultan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

ICCI dan JIK meyakini inovasi dapat meningkatkan relevansi dan keberlanjutan koperasi di tengah tantangan perubahan zaman. Ingin berkontribusi lebih, gabung bersama kami di https://jik.icci.id

Pengembangan Sains Koperasi Perlu Imperatif dalam RUU Perkoperasian

Kompas.com - 01/11/2023, 12:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Firdaus Putra, HC*

SAAT ini saya rasakan betul bagaimana koperasi tak masuk dalam sains arus utama. Misalnya, pada mata kuliah corporate finance di perguruan tinggi, kasus yang dibedah adalah struktur keuangan di Perseroan Terbatas (PT). Bahkan bisa dikerucutkan lagi, PT terbuka.

Saya refleksikan, mengapa PT terbuka menjadi obyek kajian? Bukan perusahaan lain, PT tertutup atau koperasi. Alasannya sederhana dan mendasar, ketersediaan data.

Laporan keuangan pada PT terbuka tersedia bagi publik. Berbeda dengan PT tertutup atau sebagian besar koperasi di Indonesia.

Pada domain yang lebih luas, kita bisa cek hasil riset atau jurnal di Google Scholar. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) hasilnya ada 3.100 entri pada 2023.

Kemudian sebagai pembanding, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ada 8.350 entri pada tahun yang sama. Riset atau kajian tentang LKM 2,5 kali lebih banyak daripada KSP.

Hal itu terlihat jomplang bila kita cek capaian mereka. Saat ini LKM jumlahnya 409 unit dengan total aset Rp 1,52 triliun (OJK, 2022).

Bandingkan dengan KSP yang jumlahnya 18.699 unit dengan aset capai Rp 124,67 triliun (Kemenkop UKM, 2022).

Dari jumlah, untuk menemukan KSP di sekitar kampus peluangnya lebih besar daripada LKM. Dari capaian, untuk mengukur kinerja, seperti keuangan, lebih potensial KSP daripada LKM.

Lalu mengapa kajian mengenai KSP lebih rendah daripada LKM? Apakah akademisi/peneliti melihat tak ada lagi novelty pada KSP? Atau sebab lain, yang membuat “pasar pengetahuan koperasi” sangat sedikit permintaannya.

Logika Sains

Sains berkembang dengan dua jalan. Pertama deduksi, bagaimana menguji teori-teori umum pada realitas. Hipotesis digunakan, dengan dua kemungkinan, bersesuaian atau bertentangan dengan teori tersebut.

Jalan kedua adalah induksi. Bagaimana praktik-praktik yang ada diamati, ditelaah dan diteliti untuk kemudian rumuskan suatu premis tertentu. Hasilnya sangat memungkinkan ciptakan teori baru. Atau sekurang-kurangnya, suatu model.

Hasil dari deduksi atau induksi diumpan balik ke ruang-ruang pengajaran dalam bentuk teori atau studi kasus.

Pada dua contoh di awal, pengajar menggunakan pendekatan deduksi dan memberi eksplanasi sesuai teori terkait corporate finance.

Dari perspektif pengajar, yang mudah tentu menggunakan PT terbuka daripada koperasi. Data mereka tersedia dan dapat diakses luas.

Pendekatan serupa juga dilakukan pada riset-riset yang ditemukan di Google Scholar, para peneliti sebagian besar menggunakan pendekatan deduktif. Hanya sebagian kecil yang induktif.

Syaratnya sama, ketersediaan data dan informasi. Data dan informasi yang mudah diakses, peluangnya lebih besar digunakan dalam pengajaran dan penelitian, daripada sebaliknya.

Sains nyatanya berkembang dengan cara begitu, tergantung pada limitasi pengajar atau peneliti. Limitasi waktu untuk akses informasi atau limitasi sumber daya untuk meneliti serta limitasi-limitasi lainnya.

Sehingga upaya mengembangkan sains koperasi adalah bagaimana kita rumuskan upaya-upaya untuk retas limitasi tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com