Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Kasali Soroti Fenomena Banyak Guru yang Terlilit Pinjol

Kompas.com - 08/11/2023, 08:57 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyoroti banyaknya guru yang terlilit pinajaman online (pinjol). Menurut dia, hal ini berkaitan dengan kurangnya likuiditas di masyarakat menengah ke bawah.

“Orang yang terjerat (pinjol) adalah orang dengan profesi terpandang yaitu, guru,” kata Rhenald di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Rhenald mengungkapkan, hal tersebut terjadi lantaran likuiditas yang berkurang di masyarakat menengah ke bawah. Bahkan dana perbankan diambil dari BPR untuk membiayai konsumsi masyarakat menengah bawah ini.

Baca juga: Rhenald Kasali soal Hustle Culture Anak Muda

“Para ekonom juga menilai bahwa likuiditas itu berkurang untuk masyarakat menengah ke bawah. Bahkan dana perbankan diambil dari BPR untuk membiayai konsumsi masyarakat yang di bawah. Saat ini banyak juga masyarakat yang menarik dana dari pinjol, banyak yang terjerat,” kata dia.

Rhenald menambahkan, kecukupan likuiditas sangat penting pada masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan data dari perusahaan-perusahaan konsumer yang tercatat di BEI, beberapa menunjukkan penurunan penjualan.

“Diambil dari data emiten, terjadi penurunan pada kuartal II-2023, salah satunya penjualan di Ramayana dan Matahari,” ujar dia.

Baca juga: Rhenald Kasali: Literasi Digital dan Bahasa Keuangan Jadi Kunci Kuasai Uang

Di sisi lain, kinerja beberapa perusahaan konsumer lainnya untuk segmen menengah ke atas, seperti Mitra Adiperkasa (MAP), Ace Hardware, menunjukkan pertumbuhan yang baik. Demikian juga dengan data Jasamarga, yang tumbuh positif menunjukkan minat perjalanan wisata yang masih bagus.

“Indikator kelas menengah ke atas itu semua bagus, termasuk purchasing power mereka, dan perjalanan (wisata) kita masih tinggi. Yang menjadi perosalan, adalah menengah ke bawah ini, yang perlu kita renungkan,” kata dia.

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 43 persen korban pinjol ilegal berasal dari profesi guru. Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Maret lalu.

Baca juga: Rhenald Kasali Nilai PHK Karyawan GoTo Tidak Terkait dengan Resesi, Ini Alasannya

"Hasil penelitian ini sangat menarik, yaitu guru yang kita harapkan memiliki tingkat literasi yang tinggi, ternyata paling banyak terkena jebakan pinjaman (online) ilegal," ujar Friderica kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

OJK menyebut ada beberapa alasan yang mendasari hasil riset yang menyebut bahwa guru banyak yang terlilit pinjol, adalah karena masih banyak guru atau tenaga pendidik yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah.

Friderica mengatakan, tidak jarang, para guru seringkali tebuai dengan janji pinjaman yang mudah dan cepat. Lebih lanjut, wanita yang karib disapa Kiki ini menjelaskan banyak guru yang tidak memiliki akses pembiayaan.

Baca juga: Pinjol Ilegal Mengintai, Guru Paling Banyak yang Jadi Korban

Keterbatasan akses pembiayaan tersebut menyebabkan banyak guru yang terkendala dalam memperoleh pinjaman, dan akhirnya terjebak dalam tawaran pinjol ilegal. Selanjutnya, alasan merebaknya pinjol di tengah masyarakat juga dipengaruhi oleh kemudahan provider untuk membuat aplikasi pinjol ilegal.

“Ada pengaruh iklan atau sosial media. Tawaran pinjol ilegal ini memberikan pinjaman dana yang cepat tanpa memperhatikan risiko, legalitas pemberi pinjaman dan kemampuan bayar kemudian menjadi pilihan,” ujar Kiki.

Baca juga: Cek, Ini Daftar 101 Pinjol Resmi OJK Terbaru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com