Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Berencana Tambah Stasiun Whoosh di Kopo, MTI: Kalau Kebanyakan Stasiun, Kecepatannya Berkurang

Kompas.com - 28/12/2023, 06:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai penambahan stasiun Kereta Cepat Whoosh di Kopo, Bandung, Jawa Barat yang tengah direncanakan pemerintah, dapat memperlambat laju kereta cepat.

Sekretaris Forum Transportasi Jalan dan Kereta Api MTI David Tjahjana mengatakan, daerah Kopo mungkin lebih dekat ke Kota Bandung ketimbang Stasiun Padalarang dan Tegalluar.

Namun, jika di daerah Kopo ditambah stasiun maka jaraknya akan terlalu dekat dengan Stasiun Padalarang sehingga dapat memperlambat laju kereta cepat.

Dia mengungkapkan, dulu Padalarang dipilih menjadi stasiun karena lokasinya paling dekat dengan Bandung dan integrasi dengan KA Feeder akan lebih mudah.

Baca juga: Jumlah Penumpang Kereta Cepat Whoosh Tembus 1 Juta Orang dalam 2 Bulan

Kemudian Tegalluar dipilih karena lokasi dan lahannya memenuhi spesifikasi untuk dibuat menjadi depo kereta cepat Whoosh.

Oleh karenanya, jika stasiun Kereta Cepat Whoosh ditambah di daerah Kopo maka perlu mengubah pola operasional kereta cepat.

"Jadi mungkin harus diubah polanya. Kalau terlalu dekat untuk suatu kereta cepat itu tidak efektif juga. Jadi memang harus dipilih benar," ujarnya saat konferensi pers di Stasiun Halim, Jakarta, Rabu (21/12/2023).

Baca juga: Kini Penumpang Whoosh Bisa Lebih Mudah Menuju Stasiun Tegalluar

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum MTI Tory Damantoro menambahkan, laju Kereta Cepat Whoosh bisa berkurang jika jarak antar stasiun berdekatan karena perlu melakukan pemberhentian ketika kecepatan kereta belum maksimal.

"Kereta Cepat ini adalah andalannya cepat ya kan. Kemudian semakin banyak stasiunnya akan melambat total perjalanannya karena berhenti perlu akselerasi-akselerasi," jelas Tory.

Oleh karenanya, MTRI mengusulkan agar pemerintah membangun sistem elektrifikasi dan jalur ganda (double track) untuk kereta perkotaan di Bandung seperti yang ada pada KRL Jabodetabek.

"Itu yang kami dorong karena itu lebih make sense (masuk akal) ya daripada menambah stasiun-stasiun baru dengan jarak yang berdekatan yang kemudian itu mengurangi kecepatan dari kereta cepat yang merupakan fitur utama dari kereta cepat," tuturnya.

Baca juga: 2 Bulan Beroperasi, Ketepatan Waktu Kereta Cepat Whoosh Nyaris 100 Persen

 


Sebagai informasi, MTI tengah mendorong Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk segera melakukan elektrifikasi lintasan kereta perkotaan di Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan untuk peningkatan frekuensi dan layanan angkutan kereta perkotaan yang didukung dengan integrasi layanan antar moda terutama di simpul-simpul transportasi seperti terminal bus, pelabuhan, dan bandara.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengusulkan agar kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh menambah stasiun di Kopo, Bandung, Jawa Barat.

Namun dia tetap menyerahkan keputusan penambahan stasiun Whoosh itu kepada operator, yakni PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.

"Pilihan ini silakan ditangkap, tentunya wewenang ini ada di KCIC. Karena ini kereta cepat Jakarta-Bandung ya harusnya berhenti benar-benar di Bandung," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (30/11/2023).

Baca juga: Bocorkan Rute Kereta Cepat Menuju Surabaya, Luhut: Lewati Kertajati, Jogja, Solo...

Halaman:


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com