Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "January Effect" dan Saham-saham yang Berpotensi Naik di Awal 2024

Kompas.com - 03/01/2024, 08:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para investor menantikan momen-monen kenaikan harga saham di awal tahun, atau yang dikenal dengan "January Effect".

Lebih lanjut, January Effect dapat diartikan sebagai fenomena yang terjadi pada perdagangan saham, dimana adanya trend kenaikan pada harga saham di bulan Januari.

Istilah January Effect pertama kali ditemukan oleh seorang bankir asal AS bernama Sidney Wachtel pada 1942. Ia merangkum secara historis bahwa sejak 1925, harga saham-saham di bursa saham AS mengalami kenaikan pada awal tahun atau tepatnya bulan Januari, lebih tepatya sebelum pertengahan dan akhir bulan.

Baca juga: Saham-saham Teknologi Jadi Pemberat, Wall Street Ditutup Merah

Mengutip Capital Sensitivity Analysis Index (CSA Index), mayoritas investor mengindikasikan pelaku pasar masih optimis akan kinerja IHSG di Januari 2024 bergerak positif. January Effect menjadi momentum yang dinantikan akan terjadi di awal tahun dan menjadi penyemangat IHSG untuk bergerak positif.

Penguatan rupiah dan adanya potensi penurunan suku bunga pada 2024 menjadi hal yang paling banyak disebut pelaku pasar sebagai alasan IHSG menguat.

Namun konsensus untuk penutupan IHSG di Januari 2024 adalah sebesar 7.300 yang mengindikasikan kenaikan tipis dari penutupan IHSG dibandingkan 29 Desember 2023 pada level 7.272.

Baca juga: Daftar Emiten Bank dengan Return Saham Tertinggi dan Paling Cuan pada 2023

Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia David Sutyanto mengatakan, kondisi ini menunjukkan pelaku pasar masih berharap IHSG dapat meningkat, namun terbentur dengan sentimen negatif yang lebih jelas terlihat.

“Mereka berharap situasi akan membaik seiring dengan selesainya pemilu 2024 dan beragam kebijakan yang akan memberikan relaksasi khususnya terkait dengan moneter. January Effect diharapkan hadir di tahun ini dan membawa gairah untuk pasar,” ujar David, dikutip Kompas.com, Selasa (2/1/2024).

CSA Index mencatat, para pelaku pasar memang tidak terlalu optimistis dengan awal tahun 2024 dikarenakan masih menunggu sentimen lanjutan. Adanya pemilihan umum yang akan terlaksana di tanggal 14 Februari 2024 memberikan sentimen tersendiri, di mana pelaku pasar menantikan hasil dari pemilu tersebut sebelum menentukan langkah investasi selanjutnya.

Baca juga: Indeks LQ45 Naik 3,56 Persen Sepanjang 2023, Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Tahun Ini

Selain itu, adanya penantian dari pelaku pasar mengenai arah dan rencana ekspansi maupun CAPEX dari emiten untuk 2024. Potensi meningkatnya tensi geopolitik juga menjadi perhatian pelaku pasar. Di sisi lain, sebanyak 93 persen pelaku pasar juga optimistis IHSG akan mengalami tren bullish di tahun 2024.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan optimisme pelaku pasar akan pergerakan IHSG di bulan Januari. Sentimen positif yang paling mempengaruhi adalah adanya potensi berakhirnya era suku bunga yang tinggi, di mana The Fed berencana untuk menurunkan suku bunga di tahun 2024.

Diharapkan dengan turunnya Fed Rate, maka suku bunga di Indonesia juga dapat diturunkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya harapan efek belanja yang terjadi selama event poilitik juga dapat mendorong IHSG untuk menguat.

Baca juga: Daftar 38 Saham yang Terancam Delisting dari BEI Sepanjang 2023

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, "January Effect" sudah mulai terlihat, namun di balik tren ini, nilai transaksi IHSG kian menciut. Jadi bisa dibilang saat ini penguatan IHSG adalah efek bobot saham-saham tertentu saja yang menarik pergerakannya.

Berbicara bobot beberapa saham yang terpapar sentimen "January Effect" di antaranya adalah saham-saham big caps, seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, TLKM, ASII, termasuk saham-saham Prajogo Pangestu yang masih dalam tren menguat (BREN dan TPIA).

“Artinya, pilihan kini mengerucut karena penguatan IHSG terfokus pada saham-saham tertentu saja. Anda bisa saja melakukan teknik trend following pada saham-saham yang sudah bergerak menguat saat ini, atau mulai mengoleksi yang 'tertinggal' namun perlu menunggu,” ujar William.

“Karena window dressing bulan Januari atau yang dikenal dengan nama January Effect ini mulai terjadi, namun tidak mewakili pergerakan semua saham,” tambah dia.

Baca juga: Bos BEI Beberkan Dampak Pemilu ke Pasar Saham Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com