Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Dampak AI, 40 Persen Lapangan Kerja di Seluruh Dunia Bisa Hilang

Kompas.com - 16/01/2024, 09:11 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa hampir 40 persen pekerjaan di seluruh dunia dapat terdampak akibat meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence/ AI.

Hal ini rentan dialami oleh negara-negara dengan jumlah pendapatan tinggi. Sementara negara - negara berkembang dan negara berpendapatan rendah, cenderung memiliki dampak yang tidak terlalu besar.

IMF menyebutkan, dampak AI terhadap pasar tenaga kerja global cenderung memperburuk kondisi lapangan kerja dan membuat kesenjangan secara keseluruhan.

Baca juga: Beralih ke AI, Duolingo PHK 10 Persen Karyawan Kontraknya

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mendesak para pembuat kebijakan untuk mengatasi tren yang meresahkan itu, dan secara proaktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah teknologi semakin memicu ketegangan sosial.

“Kita berada di ambang revolusi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan pertumbuhan global, dan meningkatkan pendapatan di seluruh dunia. Namun hal ini juga dapat menggantikan lapangan kerja dan memperdalam kesenjangan,” kata Georgieva dikutip dari CNBC,  Selasa (16/1/2024).

IMF mencatat, sekitar 60 persen pekerjaan dapat terkena dampak AI di negara-negara berpenghasilan tinggi, dan sekitar setengah dari negara-negara tersebut mungkin mendapat manfaat dari integrasi AI untuk meningkatkan produktivitas.

Sebagai perbandingan, paparan AI diperkirakan mencapai 40 persen di negara-negara berkembang dan 26 persen di negara-negara berpenghasilan rendah.

Temuan ini menunjukkan bahwa negara-negara berkembang dan negara-negara berpendapatan rendah menghadapi lebih sedikit gangguan akibat AI dalam jangka pendek.

Baca juga: Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Menurun, Ini Faktor Penyebabnya

IMF mencatat bahwa banyak dari negara-negara ini tidak memiliki infrastruktur pekerja terampil, sehingga perlu untuk memanfaatkan AI. Namun, hal tersebut meningkatkan risiko memperburuk kesenjangan.

Georgieva juga menyatakan, AI dapat berdampak pada pendapatan dan kekayaan di suatu negara. Lembaga tersebut juga memperingatkan adanya polarisasi dalam kelompok pendapatan.

“Pekerja yang dapat mengakses manfaat AI dapat meningkatkan produktivitas dan gaji mereka, sementara mereka yang tidak dapat mengakses manfaat AI akan semakin tertinggal,” lanjutnya.

Goldman Sachs sebelumnya telah memperingatkan bahwa AI generatif dapat berdampak pada 300 juta pekerjaan di seluruh dunia. Berbeda halnya dengan bank Wall Street yang menilai bahwa teknologi tersebut dapat memacu produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja serta meningkatkan produk domestik bruto sebanyak 7 persen.

Baca juga: Elon Musk Kenalkan Bot AI Bernama Grok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com