Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Membenahi Industri Kecantikan Indonesia

Kompas.com - 19/01/2024, 15:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: dr. Iim Karimah dan Muhammad Hidayat, M.Ed*

AKHIR-akhir ini ramai berita dan postingan di berbagai platform media sosial para selebgram, influencer, dan artis Indonesia seputar pengalaman mereka selama menjalani prosedur kecantikan (estetika) di luar negeri.

Ada yang melakukan prosedur bedah plastik dan tak sedikit pula yang menjalani perawatan nonbedah. Padahal, prosedur-prosedur kecantikan tersebut bisa dilakukan di Indonesia.

Sebagian besar destinasi mereka adalah ke negeri ginseng Korea Selatan atau negeri gajah putih Thailand.

Pada 2006, total 350.000 wisatawan Indonesia melakukan perjalanan wisata kesehatan ke luar negeri. Satu dekade berselang, jumlah tersebut meningkat hampir 100 persen menjadi 600.000 wisatawan. Kemudian, pada 2020 terjadi peningkatan menjadi tiga juta wisatawan.

Data Korea Health Industry Development (KHIDI) 2019, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang datang untuk melakukan perjalanan medis ke Korea Selatan mencapai 1,1 persen dari total 497.464 wisatawan yang berkunjung atau setara dengan 5.472 orang.

Angka dari KHIDI itu menyebutkan beberapa bidang medis yang menarik minat wisatawan asing, di antaranya operasi plastik (10,6 persen) dan dermatologi (10,2 persen) (Lasono & Dwi E, 2021).

Sementara itu, pada acara "Amazing Thailand Health & Wellness Trade Meet 2018" yang dihelat oleh Tourism Authority of Thailand (TAT) di Hotel Athenee, Bangkok, sejumlah klinik kecantikan Thailand mengungkap traveler Indonesia banyak melakukan perawatan kecantikan (Yustiana, 2018).

Pertanyaannya, apa motif di balik pilihan-pilihan mereka tersebut?

Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Andi Saguni menyebutkan masalah utama dari tingginya minat warga Indonesia melakukan pelayanan kesehatan di luar negeri adalah rendahnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap kualitas dokter dalam negeri (Jati, 2023 & Prabokusumo, 2017).

Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan oleh Profesor Aru Wicaksono Sudoyo, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hemato-Onkologi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Ia menyampaikan dalam diskusi "The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) 10" di Jakarta, rasa percaya menduduki alasan teratas mengapa masyarakat Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri.

Kemudian disusul oleh faktor pelayanan yang lebih cepat dan dorongan keluarga karena ingin mencari yang lebih baik (Yolandha, 2023).

Dari fenomena ini, Indonesia harus segera berbenah dengan mengambil berbagai langkah strategis dan terukur.

Tujuannya untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat Indonesia bahwa industri kecantikan di dalam negeri sesungguhnya bisa setara dengan negara lain seperti Korea Selatan dan Thailand.

Untuk itu, usaha sadar untuk mengembalikan kepercayaan tidak bisa lepas dari peran dan kemampuan dokter-dokter Indonesia yang menekuni bidang ini.

Faktor kepercayaan bisa jadi pintu masuk guna menarik minat masyarakat Indonesia untuk menjadikan industri estetika di negeri sendiri lebih maksimal lagi.

Menciptakan kepercayaan pasien jauh lebih penting dari sekadar membangun prasarana dan sarana yang lengkap, mewah, dan berteknologi canggih.

Kepercayaan terhadap tenaga kesehatan adalah unsur utama keberhasilan penanganan penyakit pasien. Semodern apapun sarana pengobatan dan sepandai apapun dokter yang menangani pasien tidak akan berarti jika tidak ada kepercayaan (Ramadhani & Sediawan, 2022).

Selain itu, pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan juga antara lain meningkatkan kompetensi, kapabilitas, dan skill dokter-dokter Indonesia yang berkecimpung di dunia kecantikan.

Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan beasiswa pelatihan, workshop, atau sekolah di institusi-institusi pendidikan yang berkualitas dan bertaraf internasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com