Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditopang Konsumsi, Perekonomian RI Diprediksi Tumbuh 5 Persen pada 2024

Kompas.com - 25/01/2024, 13:35 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5 persen pada 2024.

Chief Investment Officer Southeast Asia and India Global Private Banking and Wealth HSBC James Cheo mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh lebih cepat pada 2024, dibandingkan tahun lalu.

"Kekuatan perekonomian Indonesia pada 2024 datang dari kombinasi konsumsi, investasi, dan belanja domestik," kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (25/1/2024).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 4,9-5 Persen pada 2024

Selain itu, pemulihan awal siklus perdagangan global yang baru terjadi juga akan menjadi pendorong positif untuk perekonomian Indonesia.

James juga menerangkan, Indonesia akan diuntungkan dengan masuknya Foreign Direct Invesment (FDI) atau penanaman modal yang dilakukan oleh swasta dari luar negeri ke sektor kendaraan listrik.

Selain itu, perekonomian Indonesia juga diuntungkan dengan peningkatan rantai nilai manufakturnya. Hal itu terjadi karena adanya cadangan mineral dan logam ramah lingkungan yang melimpah.

Baca juga: Proyeksi Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Melambat Tahun Ini

 

"Merupakan bahan baku penting bagi industri kendaraan listrik dan baterai," imbuh dia.

James mengungkapkan, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan perkiraan mencapai 21 juta ton atau 22 persen cadangan global.

Sebelumnya, Bank Dunia dalam Laporan prospek Ekonomi Global memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun pada 2024 dan 2025.

Berdasarkan perkiraan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berada di kisaran 5 persen pada 2023.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 7 Persen, tapi Harus Kerja Ekstra Keras

Namun begitu, pada 2024 dan 2025 proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia justru turun menjadi 4,9 persen.

Secara keseluruhan, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik memiliki risiko penurunan.

"Terutama berkaitan dengan potensi pertumbuhan China yang lebih lemah dan ketegangan geopolitik yang meningkat," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Bagaimana Cara Minum Cuka Sari Apel yang Benar? Ini Penjelasannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com