Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pesaing Sengit Kereta Cepat Whoosh dalam Berebut Penumpang

Kompas.com - 04/02/2024, 23:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Resmi beroperasi sejak Oktober 2023, Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau juga dikenal dengan Kereta Cepat Whoosh, masih kesulitan mencapai target penumpang.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sendiri menargetkan jumlah penumpang Whoosh bisa tembus 30 ribu penumpang per hari. Namun sampai saat ini, secara rata-rata angkanya masih jauh di bawah target.

Pengamat transportasi sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setiwardjono, menyebut ada sejumlah alasan KCIC kesulitan mencapai target penumpang.

Djoko mengatakan, meskipun saat ini frekuensi perjalanan KA Argo Parahyangan sudah dipangkas lebih dari separuhnya oleh PT KAI, tak lantas bisa membuat Kereta Cepat Whoosh diuntungkan secara langsung.

Baca juga: Kabar Whoosh Sepi Penumpang dan Pengurangan Argo Parahyangan

Ini karena pesaing sengit Kereta Cepat Whoosh sejatinya adalah kendaraan pribadi yang melalui jalan tol dan angkutan travel yang menawarkan keunggulan tarif lebih murah serta tujuan yang lebih dekat, terutama di dalam kawasan Kota Bandung.

"Tak hanya Gopar (Argo Parahyangan) saja yang sekarang (sebagian keretanya) dipakai untuk perpanjangan sampai Banjar (KA Pangandaran) dan Garut (KA Papandayan), tapi juga bersaing dengan travel dan jalan tol," ucap Djoko.

Belum lagi, lanjut Djoko, rute Bandung-Jakarta termasuk daerah penyangganya adalah rute gemuk yang juga dilayani bus-bus AKAP (antarkota antarprovinsi).

Angkutan-angkutan umum seperti travel, memiliki keunggulan jarak yang lebih dekat dengan penggunanya. Dari sisi tarif juga lebih murah dan ditambah dengan jam keberangkatan yang fleksibel.

"Travel Jakarta-Bandung ini banyak sekali, banyak sekali yang sampai pusat kota, dan banyak perusahaan travel ini setiap 1 jam pasti ada (yang berangkat dari Jakarta ke Bandung). Terlebih travel juga beroperasi 24 jam," kata dia lagi.

Baca juga: Perbedaan Tawaran China dan Jepang soal Rute dan Lokasi Stasiun KCJB

Soal KA Argo Parahyangan yang kini frekuensinya dipangkas oleh KAI, menurut Djoko, hal ini murni pertimbangan bisnis KAI. Ia enggan mengomentari apakah kebijakan ini berkaitan dengan upaya meningkatkan okupansi Kereta Cepat Whoosh.

Perbaiki integrasi angkutan umum

Hal lain yang disoroti Djoko terkait penyebab jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh yang masih jauh di bawah target adalah integrasi angkutan umum yang belum maksimal.

"Pertama feeder di Bandung harus bagus. Angkutan umum yang bagus (yang jadi feeder) harus dibuatkan dulu. Bagaimana mau bagus, ini saja belum diseriusin," terang Djoko.

Menurut dia, angkutan feeder atau pengumpan yang terintegrasi dengan Kereta Cepat Whoosh sangat vital untuk menarik calon penumpang.

"Coba lihat angkutan umum Trans Pasundan, sudah bagus belum? Di dalam kota macet parah. Mau ke Tegalluar ke (tengah) kota sulit. (Penumpang turun) di Padalarang juga begitu, jangan begitu turun dari stasiun disarankan naik angkot yang belum bagus," ujar Djoko yang juga dosen Unika Soegijapranata ini.

Baca juga: Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Argo Parahyangan dipangkas

Dihapuskannya beberapa jadwal KA Argo Parahyangan dibenarkan PT KAI. Pengurangan itu adalah bagian dari startegi kelangsungan bisnis perseroan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com