JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan buka suara terkait penyebab kelangkaan dan melonjaknya harga beras di pasaran beberapa waktu terakhir.
Menurutnya, hal ini disebabkan salah satunya oleh masa panen beras di dalam negeri yang lambat sehingga pemerintah harus memasok beras impor ke pasaran agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.
"Beras itu memang kita lambat kan panennya. Nanamnya lambat, panennya lambat. Tetapi kan kita (pemerintah) sudah isi dengan impor yang banyak," ujarnya saat ditemui di TPS 179, Cipinang Muara, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Baca juga: Airlangga Bantah Bansos Pangan Sebabkan Beras Langka dan Mahal
Untuk itu, pemerintah berupaya menggelontorkan beras impor ke masyarakat. Meski demikian, pemerintah juga memastikan impor beras ini tidak merugikan petani lokal.
"Sekarang di petani harga beras itu kan dibeli Rp 11.000-an, gabah itu Rp 8.000 jadi tinggi sekali. Nah untuk mengatasi harga mahal itu, pemerintah, Bulog suplai ke pasar-pasar dari 100.000 sampai 200.000 ton per bulan, sekarang ditingkatin 250.000 ton," ucapnya.
Biang kerok kelangkaan beras di pasaran juga disebabkan oleh para pedagang yang enggan menjual beras dari Perum Bulog. Pasalnya, beras Bulog hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi mereka.
Sebagai informasi, beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dibanderol Rp 10.900 per kilogram (kg) sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.
Baca juga: Info Pangan 14 Februari 2024, Harga Beras dan Cabai Naik, Bawang Merah Turun
"Rupanya kemarin di pasar itu pedagang pasar agak malas jual beras Bulog yang berasnya bagus tapi harganya murah karena disubsidi karena untungnya sedikit cuma Rp 200," ungkap Zulhas.