JAKARTA, KOMPAS.com - Kelangkaan beras premium di beberapa toko ritel menjadi sorotan masyarakat menjelang hari pemungutan suara Pemilu pada 14 Februari 2024.
Asosiasi Peritel dan pemerintah buka suara terkait penyebab kelangkaan beras premium di momentum Pemilu 2024. Berikut poin-poinnya.
Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (10/2/2024) mengungkapkan, kelangkaan beras terjadi lantaran ada sebagian pengusaha ritel memilih untuk berhenti memesan beras dari produsen beras.
Baca juga: Bulog Gelontorkan 220 Ton Beras SPHP ke Toko Ritel Modern
Pasalnya, harga beras yang semakin tinggi jauh di atas harga eceren tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Ia menyebutkan, harga beras premium saja sudah dibanderol Rp 16.000, sedangkan HET beras premium Rp 13.900. Belum lagi di sisi lain, para produsen beras mengeluhkan stok beras yang diolah mulai berkurang.
“Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita purchasing order (PO) atau kita pesan ke produsen, eh malah harganya tinggi,” ujar Roy saat dihubungi, Sabtu.
“Sementara kalau peritel membeli harga tinggi dan harus melepas sesuai HET ke konsumen, peritel rugi kan, siapa yang mau nombok. Jadi memang ada yang memilih untuk menyetop pembelian atau pemesan beras dari produsen beras sehingga suplai di ritel memang sedikit atau kosong,” sambungnya.
Baca juga: Bos Bulog: yang Bisa Bikin Harga Beras Turun adalah Produksi dalam Negeri
Roy mulai khawatir kasus kelangkaan dan mahalnya minyak goreng seperti tahun-tahun lalu akan berulang terjadi pada komoditas beras.
Oleh sebab itu, pengusaha ritel meminta agar pemerintah bisa mencabut ataupun merelaksasi HET untuk sementara waktu.