Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Tantangan Ekonomi Tahun 2024 Menurut Ekonom Bank Mandiri

Kompas.com - 21/02/2024, 12:30 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5 persen, didukung stabilnya permintaan domestik, meski harus berjuang di tengah risiko global.

"Ini mencerminkan tertahannya konsumsi masyarakat, terutama pada kelas menengah ke bawah. Menurut Mandiri Spending Index (MSI), tabungan masyarakat berpendapatan rendah terus menurun sehingga mengurangi aktivitas konsumsi," ujar Andry di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Dia bilang, ekonomi Indonesia selama 2023 masih sangat resilien di tengah berbagai gejolak global yang terjadi.

Baca juga: Perekonomian Sulawesi Tumbuh 6,44 Persen, Airlangga Minta Pemda Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. SHUTTERSTOCK/TENDO Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi global saat itu terkendala inflasi dan suku bunga tinggi di tengah meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.

Meski demikian, terdapat beberapa tantangan dalam mencapai pertumbuhan positif tahun ini. Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan isu-isu strategis seperti manufaktur dan pertanian berkaitan dengan prospek ekonomi tahun ini.

Maka dari itu, Bank Mandiri bersama anak perusahaan Mandiri Sekuritas akan kembali menggelar Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 dari tanggal 4 Maret 2024 hingga 8 Maret 2024 yang ditargetkan diikuti lebih dari 20.000 peserta.

“MIF kali ini membahas sumber-sumber pertumbuhan yang penting bagi Indonesia salah satunya sektor manufaktur dan pertanian,” lanjutnya.

Baca juga: Inflasi Terkendali dan Aktivitas Manufaktur Ekspansif, Perekonomian Indonesia Tetap Solid

Riset Tim Ekonom Bank Mandiri menyebut, sektor manufaktur memiliki kontribusi yang terbesar terhadap PDB, namun kontribusinya cenderung menurun dari kisaran 20 persen sebelum pandemi menjadi 18 persen.

“Revitalisasi sektor manufaktur sangat penting karena sebagian industri pada sektor ini dapat menghasilkan nilai tambah yang signifikan dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar,” lanjut Eka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com