Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surplus Neraca Pembayaran Melesat, BI Sebut Ketahanan Eksternal Indonesia Kuat

Kompas.com - 22/02/2024, 16:14 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca pembayaran Indonesia pada 2023 tercatat surplus 6,3 miliar dollar AS pada 2023. Nilai surplus tersebut melesat dibandingkan tahun sebelumnya.

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus 6,3 miliar dollar AS pada 2023. Nilai itu lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 4 miliar dollar AS.

"Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2023 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap kuat di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global," kata dia, dalam keterangannya, Kamis (22/2/2024).

Baca juga: Kurs Rupiah Melemah, BI Sebut Lebih Baik dari Won Korea hingga Baht Thailand

Sebagai informasi, NPI merupakan pencatatan transaksi ekonomi Indonesia dengan negara lain atau komunitas global yang berupa perdagangan barang, jasa, investasi, dan modal. Perhitungan NPI terdiri atas dua aspek utama, yakni transaksi berjalan serta transaksi modal finansial.

Transaksi berjalan merupakan perhitungan dari perdagangan antar negara atau ekspor-impor Indonesia. Sementara transaksi modal dan finansial adalah perhitungan laju transaksi investasi ataupun modal dari dan menuju Indonesia.

Adapun surplus NPI pada 2023 utamanya ditopang oleh kinerja transaksi modal dan finansial. Tercatat neraca transaksi modal dan finansial surplus 8,7 miliar dollar AS pada tahun lalu, membalikan keadaan dari tahun sebelumnya yang mencatat defisit 8,7 miliar dollar AS.

Baca juga: BI Siapkan Uang Tunai Rp 197,6 Triliun untuk Kebutuhan Lebaran 2024

"Ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Erwin.

Di sisi lain, transaksi berjalan menorehkan defisit sebesar 1,6 miliar dollar AS. Angka ini lebih rendah dari tahun sebleumnya yang menorehkan surplus sebesar 13,2 miliar dollar AS.

Erwin menjelaskan, defisit transaksi berjalan disebabkan oleh oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang. Hal ini seiring kondisi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta permintaan domestik yang kuat.

Baca juga: BI: Pertumbuhan Kredit 11,83 Persen pada Januari 2024

Di sisi lain, defisit neraca jasa berkurang sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara seiring pemulihan sektor pariwisata yang terus berlangsung.

"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan," ucap Erwin.

Baca juga: Harga Beras Melambung Tinggi, BI Beberkan Hitung-hitungan Dampaknya ke Inflasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com