Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[KURASI KOMAPSIANA] Ketika Penghasilan Istri Lebih Besar dari Suami

KOMPASIANA---Ketika kini lapangan pekerjaan sudah tidak lagi begitu membatasi masalah gender, itu artinya setiap perempuan dan laki-laki punya kesempatan yang smaa pada posisi yang diinginkan.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin jika sudah berkeluarga justru penghasilan istri ternyata bisa lebih besar dari suami.

Namun, secara sadar atau tidak, berawal dari itu pula kerap terjadi pemicu pertengkaran dalam rumah tangga.

Kesuksesan istri semestinya bisa tidak menjadi masalah dalam perkawinan selama komunikasi dapat terjalin dengan baik. Kemudian, pihak lelaki juga semestinya bisa menempatakan diri supaya tidak berlebihan meresponnya.

1. Penghasilan Istri Lebih Besar dari Suami? Bersyukurlah

Ketika pasutri sudah memutuskan bahwa istri perlu bekerja untuk meringankan beban suami, menurut Kompasianer Siska Dewi, sebenarnya mereka percaya melakukannya dengan harapan bahwa keadaan akan menjadi lebih baik.

Akan tetapi jika sudah bersepekat atas hal tadi, tapi pada kenyataannya penghasilan istri lebih besar daripada suami, maka kerap terjadi tekanan psikis pada pihak suami.

Ketika salah satu dari pasutri mengkontribusikan proporsi yang jauh lebih besar dari pendapatan bersama, terciptalah ketidakseimbangan hubungan," tulis Kompasianer Siska Dewi.

Jika ketidakseimbangan hubungan membuat relasi pasutri memburuk secara signifikan, lanjutnya, kemungkinan perceraian atau perpisahan dapat terjadi.

Nah, untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga, misalnya, pihak suami bisa mempertimbangkan semua keinginan isrtinya walau dalam mengambil keputusan terkait rumah tangga tetap dipegang suami. (Baca selengkapnya)

2. Istri Berpenghasilan Tinggi, Siapa yang Diuntungkan?

"Di antara pro-kontra istri bergaji tinggi daripada suami, hari ini kita berada di situasi abnormal: masih bekerja saja sudah beruntung, tak peduli suami atau istri, asalkan keluarga utuh dan tercukupi kebutuhannya," tulis Kompasianer Yosi Prastiwi.

Namun, jika dalam keadaan seperti biasa semestinya bukan jadi masalah jika penghasilan istri lebih besar.

Karena, biar bagaimanapun, hal tersebut tidak mengubah sikapnya sama sekali kepada suami.

"istri berpenghasilan lebih tinggi bukan menunjang gaya hidup siapapun. Mereka hanya menolak tumbang dan memilih berdaya. Semangat ini semoga menginspirasi para pencari nafkah keluarga," tulis Kompasianer Yosi Prastiwi. (Baca selengkapnya)

3. Ketika Budaya Patriarki Membebani Suami yang Berpenghasilan Lebih Rendah dari Istri

Ada kalanya suami dan istri sama-sama bekerja. Kemudian, ada kalanya juga justru istri yang mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga.

Menurut Kompasianer Luna Septalisa anggapan munculnya pandangan mengenai siapa yang seharusnya berpenghasilan lebih tinggi adalah budaya patriarki.

Suami tidak mesti merasa minder apalagi tersaing, karena relasi antara suami dan istri bukanlah persaingan, melainkan mitra atau partner.

"Seharusnya tidak ada lagi istilah uangku uangku, uangmu uangmu. Yang ada adalah uang kita. Uang bersama," tulis Kompasianer Luna Septalisa.

Dengan istri bekerja dan berpenghasilan lebih tinggi, lanjutnya, berarti telah membantu perekonomian keluarga sehingga kebutuhan rumah tangga tercukupi. (Baca selengkapnya)

***

Ikuti konten-konten menarik lainnya tentang permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga lewat Topik Pilihan Kompasiana: Stigma pada Suami.

https://money.kompas.com/read/2021/05/24/191900526/-kurasi-komapsiana-ketika-penghasilan-istri-lebih-besar-dari-suami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke