Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konsolidasi Pengelolaan Lahan Sawah

Paling tidak ada tiga faktor determinan penyebabnya: (a) biaya produksi semakin mahal, (b) produktivitas padi rendah, (c) tinggi intensitas dan frekuensi serangan hama dan penyakit.

Implikasinya, keuntungan usaha tani semakin tergerus, bahkan beberapa periode belakangan petani menderita kerugian akibat gagal panen/puso.

Kondisi inilah yang menjadi pemicu dan pemacu sebagian besar anak muda Indonesia kurang tertarik berprofesi petani padi. Dampaknya, mayoritas petani didominasi usia tua, miskin, dan teknologinya konvensional.

Kondisi ini menyebabkan pengembangan sistem usaha tani padi Indonesia, produktivitas dan daya saingnya rendah, miskin inovasi, makin terbelakang dan semakin tidak menentu masa depannya.

Secara kasat mata, petani terus mengalami kerugian dalam usaha taninya, maka mereka lebih memilih menjual lahannya untuk beralih ke usaha nonpertanian, daripada terus menerus merugi.

Pertanyaan mendasarnya, bagaimana mengatasi masalah esensial yang sangat komplek, dinamis dengan ketidakpastian tinggi? Konsolidasi pengelolaan lahan merupakan solusi fundamentalnya.

Konsolidasi pengelolaan lahan merupakan cara mengelola lahan dalam satu hamparan oleh suatu entitas bisnis yang dimiliki oleh pemilik sawah.

Lahan yang terfragmentasi oleh pematang sebagai batas kepemilikan, dikonsolidasikan dengan menggabungkan petakan (menghilangkan pematang), sehingga pengolahan tanah, tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit lebih efisien, karena dapat dilakukan satu manuver untuk satu hamparan dengan drone maupun alat mesin pertanian.

Untuk memitigasi terjadinya konflik kepemilikan kemudian hari, maka batas kepemilikan lahan yang pematangnya dihilangkan diganti dengan patok di ujung dan ujung pematang yang dilengkapi dengan surat perjanjian bermeterai diketahui semua pihak di depan notaris.

Secara praktikal dan operasional, konsolidasi pengelolaan lahan berhasil diaplikasikan di desa Dalangan, kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah sejak 2014.

Reduksi signifikan biaya produksi padi

Melalui konsolidasi pengelolaan lahan, maka terjadi efisiensi penggunaan tenaga kerja manusia, karena secara praktis disubstitusi dengan alat mesin pertanian yang dalam sekali manuvernya lebih cepat dan efisien.

Implikasinya, kelebihan tenaga kerja petani dapat bekerja di unit produksi yang lain, seperti: pembuatan pupuk organik, usaha persemaian, pertenakan itik, domba, sapi, sehingga semua curahan tenaga kerjanya efisien dan produktif.

Berdasarkan hasil penelitian, biaya produksi padi per hektar untuk pertanian di Ngawi mencapai Rp 14,2 juta/hektare untuk ukuran lahan di bawah 1 hektare.

Selanjutnya jika lahannya dikonsolidasi pengelolaannya, maka biaya produksi usaha tani turun menjadi Rp 8,75 juta per hektare pada musim kemarau dan Rp 9,375 juta per hektare untuk musim hujan.

Terjadi effsiensi 33,97 persen di musim hujan dan 38,39 persen di musim kemarau.

Reduksi biaya produksi juga terjadi pada pengolahan lahan, tanam, penggunaan pupuk, pestisida dan pengendalian hama dan penyakit.

Pupuk yang digunakan cenderung mengarah kepada produk organik berkelanjutan yang dihasilkan oleh petani sendiri.

Petani mampu menghasilkan pupuk organik yang difermentasi secara mandiiri dan dijual kepada komunitas mereka dengan harga sangat murah, yaitu Rp 12.000 per kantong ukuran 50 kg.

Oleh karena mutu pupuknya sangat bagus dan harganya murah, maka penggunaan pupuk organiknya meningkat tinggi, bahkan mencapai 600 kg per hektare.

Untuk mengoptimalkan penerima manfaat, maka reduksi biaya produksi ini harus dibarengi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha untuk memberdayakan tenaga kerja pertanian, sehingga mampu mengakselerasi peningkatan pendapatan petani di luar kegiatan on farm.

Pemerintah kabupaten, provinsi, pusat harus secara aktif memikirkan penyediaan lapangan kerja untuk menampung oversupply tenaga kerja petani agar mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan kesejahteraan serta masa depannya.

Pengembangan pascapanen, pengolahan hasil dan pemasaran from field to fork akan menjadi pilihan saat ini untuk meningkatkan diversifikasi produk olahan dan pendapatan di saat terbatasnya lapangan kerja,

Peningkatan produktivitas padi

Melalui konsolidasi lahan, maka petani mempunyai kesempatan untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang tersedia agar produktivitas lahan tercapai maksimal.

Berdasarkan pengalaman gapoktan Kepodan Topo, Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, setelah konsolidasi pengelolaan lahan, produktivitas lahan di musim penghujan mencapai 8-9 ton/hektare, sementara pada musim kemarau/gadu produktivitas padi mencapai 13,4 ton/hektare.

Sementara rata-rata produksi padi di wilayah tersebut mencapai 7 ton/hektare. Artinya terjadi peningkatan produktivitas padi di musim hujan antara 14,28 persen-28,57 persen. Sementara pada musim kemarau terjadi peningkatan produktivitas sampai 91,43 persen.

Penggunaan pupuk organik berimbang dengan pupuk anorganik menjadi kunci peningkatan produktivitas padi yang signifikan di gapoktan Kepodang Topo.

Untuk lahan 4000 meter per segi, mereka menggunakan pupuk organik 40 zak (600 kg), pupuk urea 1 zak (50 kg) (125 kg/ha), Phonska 1 zak (50 kg) (125 kg/ha), Phonska plus (pupuk non subsidi)15 kg (37,5 kg/ha).

Secara konvensional petani menggunakan pupuk urea lebih dari 300 kg/ha, NPK 200 kg/ha. Artinya terjadi efisiensi yang sangat besar.

Selain mereduksi biaya produksi, juga dapat menjaga kesehatan tanah dan keberlanjutan usaha tani padi.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka sesungguhnya terbuka peluang sangat besar untuk menggenjot produksi padi dalam negeri untuk meningkatkan kesejahteraan petani, mereduksi impor bahkan Indonesia bisa menjadi negara pengekspor beras dunia.

Lebih lanjut, masalah kertersediaan pupuk subsidi yang selama ini menjadi persoalan di lapangan akibat harga bahan baku dan pupuk di pasar dunia yang melambung.

Membangun kemampuan petani dalam memproduksi pupuk secara mandiri akan menguntungkan semua pihak.

Beban subsidi bagi keuangan negara akan menurun, biaya produksi padi dapat direduksi, produktivitas dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

Mitigasi serangan hama dan penyakit

Manfaat konsolidasi pengelolaan lahan dari sisi mitigasi serangan hama dan penyakit adalah, terjadinya tanam serentak, karena penggunaan air maupun pengeringan dapat dikelola dengan baik.

Dengan tanam serentak, maka periode tanam dan bera dapat dilakukan secara tegas, sehingga pemutusan siklus/rantai makanan dan pertumbuhan hama dan penyakit dapat dilakukan secara konsisten.

Berbeda dengan pola tanam yang tidak serentak, makanan hama dan penyakit selalu tersedia setiap saat, sehingga siklusnya tidak dapat diputus.

Wilayah dalangan merupakan segitiga (triangle) endemik hama wereng batang coklat yang beririsan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali.

Ketersediaan air sepanjang tahun, menyebabkan petani bisa bertaman padi kapan saja. Kondisi inilah yang menyebabkan makanan hama dan penyakit tersedia setiap saat.

Konsolidasi pengelolaan lahan juga memungkinkan penggunaan pestisida lebih effsien, karena saat pengendalian dilakukan serentak, maka tidak ada tempat untuk bersembunyi dan berlindung bagi hama dan penyakit.

Sangat berbeda sekali jika tanam padi dilakukan tidak serentak. Wilayah yang sedang dilakukan pengendalian, populasi hama dan penyakitnya bermigrasi ke wilayah yang tidak dilakukan pengendalian.

Implikasinya populasi hama tidak mampu dikendalikan dengan baik, sehingga dosis dan intensitas pengendalian semakin tinggi.

Bahkan berdasarkan laporan petani di lapangan, biaya produksi padi didominasi oleh biaya pengendalian hama dan penyakit.

Saatnya pemerintahan baru tahun 2024 melakukan transformasi budidaya padi dari kondisi eksisting, menuju konsolidasi pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Format ini mampu mengentaskan kemiskinan termasuk menghapuskan stunting yang selama ini belum ada solusi praktikal, sehingga derita dan nestapa petani padi termitigasi.

https://money.kompas.com/read/2023/10/27/155701526/konsolidasi-pengelolaan-lahan-sawah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke