Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Program Peremajaan Rempah dan Kakao di Kabupaten Luwu

Kompas.com - 11/03/2019, 15:51 WIB
Sri Noviyanti

Editor

"Ini sudah ada solusi, persoalannya kami harus laten ada petani didampingi, makanya PPL kami angkat supaya dia tambah rajin. Dulu PPL monotorium, Bapak Presiden Jokowi perintahkan angkat PPL karena mereka adalah pahlawan," ujarnya.

Saat ini sudah ada 18.000-19.000 PPL yang diangkat. “Bahkan kami ingin angkat semua. Intinya keberhasilan ada di ujung kaki yang terpenting kami sudah mau mulai. Indonesia dikenal dengan rempah-rempah. Eropa datang ke sini karena rempah dan perkebunannya. Kita harus mengembalikan keadaan itu," sambung Amran.

Hilirisasi industro kakao

Ke depan, Amran membeberkan Kementan tidak hanya fokus meningkatkan produktivitas, akan tetapi fokus juga untuk menumbuhkan nilai tambah melalui sektor pengolahan.

Menurutnya, dengan melakukan hilirisasi produk kakao maka akan meningkatkan nilai tambah hingga 1.000 persen. 

"Buktinya, kalau ke Singapura bangga membawa oleh-oleh cokelat Silverqueen. Padahal semuanya dari Indonesia bahan bakunya. Singapura tidak punya bahan baku, cokelat satu batang pun tidak punya. Prosesingnya di sana harganya sekitar Rp 19.000- Rp 20.000, jadi naik 2.000 persen," jelasnya.

ia prihatin mengapa tambahan nilai adanya pada negara lain. “Harusnya prosesinya ada di bawah kakao karena ini industri kecil, anggarannya sekitar Rp 500 juta sampai Rp 1 miliyar," tandas Amran.

Bupati Luwu, Basmi Mattayang menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan dan program Kementan dalam mengembalikan kejayaan rempah, khususnya kakao. Pasalnya, produktivitas kakao petani hingga saat ini semakin menurun karena umur tanaman yang sudah tua.

"Sepanjang tahun 2018, produksi kakao 24.260 ton, dengan luas lahan 35.311 hektare. Jika kebijakan ini jalan, kami yakin dapat meningkatkan pendapatan petani," ujarnya.

Basmi juga mengapresiasi upaya penanganan pasca-panen.”Mudah-mudahan dapat dibangun di Luwu agar pendapatan dan kesejahteraan petani semakin naik," tambah Basmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com