JAKARTA, KOMPAS.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengaku mengalami penurunan tingkat keterisian alias okupansi hotel hingga mencapai 40 persen. Hal tersebut diakibatkan karena mahalnya harga tiket pesawat.
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran mengatakan, penurunan itu sudah dirasakan para pengusaha hotel sejak Januari 2019 lalu.
“Yang berteriak masalah harga tiket dari maskapai sudah dari berbagai pihak, bahkan pemerintah daerah pun sudah. Hotel pun juga merasakan imbasnya 20 sampai 40 persen berdasarkan laporan di Februari 2019," ujar Yusran dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Baca juga: Tiket Pesawat Mahal jadi Penyebab Tingkat Isian Hotel Berbintang Turun?
Yusran menambahkan, mahalnya harga tiket tak hanya berpengaruh terhadap sektor parawisata. Menurut dia, banyak sektor yang terkena imbas lantran harga tiket pesawat mahal.
“Tiket itu bukan hanya masalah pariwisata. Negara kita negara kepulauan, transportasi udara dan laut penting untuk berpindah. Aktivitas berpindah itu macam-macam, ada bisnis, pariwisata dan yang lainnya. Paling penting adalah pergerakan untuk bisnis, meskipun berbeda tipis dengan pariwisata,” kata Yusran.
Yusran menilai harga tiket domestik mahal karena hanya dikuasai oleh dua maskapai, yakni Garuda Indonesia dan Lion Air Group. Atas dasar itu, dia menyarankan ada pemain lain di industri penerbangan nasional agar membuat harga tiket lebih kompetitif.
“Dibuka saja agar persaingan sehat. Jadi yang diuntungkan konsumen. Semua harus bebas bersaing,” ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.