NEW YORK, KOMPAS.com - Penerima penghargaan nobel ekonomi tahujn ini, Abhijit Banarjee menilai, menaikkan besaran pajak dan mendistribusikan uang kepada rakyat miskin merupakan cara ampuh untuk meningkatkan permintaan atau konsumsi dalam perekonomian sebuah negara.
Selama ini, cara-cara yang umum dilakukan sebuah negara untuk mendorong perekonomian mereka adalah dengan melakukan pemangkasan di beberapa sektor perpajakan untuk meningkatkan investasi.
Banerjee menilai, langkah tersebut adalah mitos yang dikembangkan oleh kalangan bisnis.
Hal tersebut dia ungkapkan ketika memromosikan bukunya yag berjudul 'Good Economics for Hard Times'.
Baca juga: Meneliti SD Inpres di Era Soeharto, Ekonom AS Ini Raih Nobel Ekonomi
Sebagai informasi, Banerjee mendapatkan Nobel Ekonomi atas pendekatannya untuk mengurangi tingkat kemiskinan global. Banerjee mendapatkan penghargaan tersebut bersama dengan Esther Duflo dari Massachusetts Institute of Technology dan Michael Kremer dari Harvard University.
"Anda memberi insentif kepada orang kaya yang sudah menduduki uang berton-ton," ujar Banerjee seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/10/2019).
Saat ini, berbagai negara seperti China dan India, termasuk Indonesia tengah melakukan pemangkasan perpajakan untuk menarik investasi para pelaku bisnis.
Baca juga: Beri Solusi soal Kemiskinan, 3 Orang Ini Raih Nobel Ekonomi
Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah outlook perekonomian global yang sedang redup. Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) bulan ini kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 untuk kelima kalinya menjadi hanya 3 persen.
"Anda tidak mendorong pertumbuhan dengan pemangkasan pajak, Anda melakukan itu dengan memberi uang kepada orang-orang," ujar Banerjee.
Menurut dia, memberikan uang tunai dari hasil perpajakan kepada orang-orang golongan miskin akan mendorong konsumsi.
"Dengan demikian, investasi akan merespons atas permintaan yang terjadi," ujar dia.