Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berinvestasi ketika AS-Iran Kian Memanas, Apa Saja yang Bisa Dipilih?

Kompas.com - 08/01/2020, 16:17 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tensi hubungan dua negara, Amerika Serikat dan Iran kian memanas. Paska kejadian penyerangan pesawat tanpa awak oleh Amerika Serikat ke Baghdad, Irak yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Solaemani.

Serangan tersebut memunculkan aksi balas oleh Iran dengan menembakkan 10 rudal yang menghantam pangkalan udara Al-Asad di Irak, yang menampung pasukan AS.

Meski belum terjadi peperangan antar kedua negara tersebut, namun beberapa indikator ekonomi mulai menimbulkan gejolak. Salah satunya harga minyak mentah yang terus merangkak naik.

Harga emas pun turut merespon sentimen tersebut dan sejak pekan lalu terus menunjukkan peningkatan.

Menanggapi risiko gejolak pasar yang kian tidak pasti, Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini mengatakan akan lebih baik jika melakukan aksi lindung nilai atau hedging. Sebab, dengan keadaan pasar keuangan yang sedang sensitif, nilai kekayaan bisa mengalami naik-turun dengan sangat pesat.

Baca juga: Cara Menentukan Instrumen Investasi Yang Layak Dibeli

"Karena ada risiko pasar, kebutuhan Anda saran saya jika masih khawatir dengan market risk berarti perlu lindung nilai," ujar dia ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2020).

Mike mengatakan, instrumen yang paling cocok untuk lindung nilai adalah emas dan reksa dana pasar uang. Pasalnya, kedua instrumen tersebut memiliki pergerakan yang cenderung stabil.

Lebih lanjut dia menjelaskan, besaran porsi investasi untuk lindung nilai tergantung pada kategori investor, apakah termasuk dalam kategori konservatif, moderat atau agresif.

Jika investor tersebut masuk dalam kategori konservatif, porsi alokasi aset lindung nilainya makin besar.

Misalnya saja, 70 persen pilihan produk investasinya untuk produk-produk dengan risiko moderat, 30 persen sisanya untuk produk dengan risiko tinggi.

"Yang moderat ini juga dibagi lagi, 30 persen dari 70 persen itu dibelikan reksadana pasar uang, ORI pemerintah yang dijamin, kemudian emas, sisanya 40 persen diberikan reksadana pendapatan tetap atau saham bluechip," jelas Mike.

Adapun untuk investor kategori moderat bisa lebih berimbang antara investasi di produk-produk dengan risiko tinggi dan risiko menengah, sementara untuk investor-investor yang masuk dalam kategori agresif cenderung menginvestasikan dananya di produk-produk dengan risiko tinggi.

"Dia (investor kategori agresif) malah suka dengan gejolak pasar karena dia memiliki potensi melakukan trading jangka pendek dan justru dia kalau lindung nilai jadinya kurang dinamis. Dia melakukan lindung nilai hanya biar uangnya nggak hilang semua aja," ujar Mike.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com