Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Dilakukan Pemerintah China untuk Hindari Gelombang PHK Massal

Kompas.com - 13/01/2020, 17:03 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Pemerintah China bakal melakukan apapun untuk melindungi ekonomi negaranya pada tahun 2020, termasuk langkah untuk menghindari gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK massal.

Dilansir dari CNN, Senin (13/1/2020), dalam beberapa minggu terakhir, pemerintah telah memberikan terobosan untuk penguatan ekonomi China. Hal itu berupa pengurangan tarif yang dapat membantu meringankan kenaikan harga.

Ada juga penurunan suku bunga yang dapat memicu lebih banyak pinjaman bank. Di sisi lain, Dewan Negara China bulan lalu meminta pemerintah daerah untuk berusaha sekuat tenaga mencegah PHK besar-besaran tahun ini sebagai prioritas kebijakan utama negara itu.

Baca juga: Trump: Pembahasan Kesepakatan AS-China Fase 2 Bisa Diselesaikan Setelah Pilpres

China disebut dapat menghadapi insiden besar yang tak terduga jika gelombang pengangguran banyak terjadi. Ini akan menigkatkan angka kejahatan di negara tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah mengatakan, perusahaan harus menciptakan 11 juta pekerjaan baru setiap tahun untuk menjaga para pekerjaan tetap pada jalurnya.

Sementara data pengangguran resmi China hampir tidak bergerak selama beberapa tahun terakhir, berkisar antara 4 persen sampai dengan 5 persen pengangguran di Beijing. Hal ini lantas dikaitkan dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi tahun ini.

"Beijing jauh lebih khawatir tentang kriminalitas daripada tentang membengkaknya utang, yang pada satu titik tampaknya menjadi prioritas," kata David Zweig, direktur Transnational China Consulting Limited dan profesor emeritus di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Baca juga: Pembelian Hasil Pertanian AS Dalam Jumlah Besar Menjadi Masalah bagi China

Protes besar yang berbulan-bulan terjadi di Hong Kong, yang mengakibatkan pejabat setempat melakukan resesi pada November 2019 lalu sebagai resesi tahunan pertamanya dalam satu dekade.

Protes berfokus pada seruan untuk kebijakan demokrasi yang lebih luas. Namun, faktor ekonomi seperti melonjaknya biaya perumahan dan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif memicu rasa ketidakpuasan, khususnya di kalangan kaum muda.

"2020 akan menjadi sangat sulit, dan pengangguran massal mungkin merupakan masalah yang paling ditakuti," kata Frank Ching, seorang komentator politik China dan asisten profesor di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Ia menyebut hal ini bukanlah hanya masalah ekonomi, namun bisa berkembang menjadi masalah politik.

Baca juga: Perang Dagang, Kinerja Ekspor China Kembali Anjlok

Pengangguran massal yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi yang semakin parah dan kegagalan bisnis di China, dapat menyebabkan meningkatnya ketegangan sosial dan menimbulkan keresahan yang lebih besar serta mengguncang legitimasi rezim Tiongkok.

Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 melambat ke laju terendah sejak 1992.

Pertumbuhan 6 persen masih dalam kisaran target pemerintah dari 6 persen menjadi 6,5 persen untuk tahun ini.

Gao Shanwen, kepala ekonom untuk perusahaan riset Essence Securities yang berbasis di Shenzhen, berharap ekonomi China bisa terus tumbuh, ia memperkirakan pertumbuhan PDB tahunan untuk dekade berikutnya rata-rata tidak akan melebihi 5 persen.

Baca juga: IMF: Kesehatan Ekonomi China Penting untuk Dunia

Gao menyarankan, China harus bekerja sangat keras untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan di atas bahkan 4 persen, setidaknya dua poin persentase lebih rendah dari apa yang diharapkan akan ditetapkan Beijing sebagai tujuan untuk tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com