Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi China Bisa Cuma 3,5 Persen

Kompas.com - 19/02/2020, 17:02 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I 2020 diprediksi bisa anjlok menjadi hanya 3,5 persen.

Ini terjadi bila penyebaran virus corona tidak diikuti dengan percepatan produksi sektor manufaktur ke level normalnya. Hal tersebut diungkapkan analis dari Morgan Stanley dalam laporannya.

Dilansir dari CNBC, Rabu (19/2/2020), otoritas kesehatan China melaporkan total 74.185 kasus virus corona yang sudah terkonfirmasi. Adapun jumlah korban meninggal mencapai 2.004 orang.

Sebagian kasus virus corona terjadi di provinsi Hubei.

Baca juga: Meski Ada Virus Corona, China Masih Jadi Mitra Dagang Utama RI

Kegiatan manufaktur di penjuru China otomatis terganggu, lantaran otoritas menutup kota-kota guna mencegah penyebaran virus corona.

Meskipun sejumlah pabrik sudah kembali melakukan kegiatan produksi, namun Morgan Stanley mencatat kegiatan produksi hanya mencapai 30 hingga 50 persen dari level normalnya pada pekan lalu.

China tak hanya ekonomi terbesar kedua di dunia. Negeri Tirai Bambu tersebut juga merupakan pusat mayoritas jaringan pasoka dunia yang memproduksi baran-barang, mulai dari tekstil hingga ponsel dan mobil.

Berhentinya produksi pabrik-pabrik di China tidak hanya mengganggu pasokan produk-produk tersebut, namun juga memukul kemampuan negara-negara lain untuk memproduksi barang.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Harga-harga Barang di China Melonjak

Para analis Morgan Stanley mengekspektasikan produksi sektor manufaktur di China akan mencapai 60 hingga 80 persen dari level biasanya pada akhir bulan ini.

Kegiatan produksi diperkirakan kembali normalnya sepenuhnya pada pertengahan hingga akhir Maret 2020.

Namun, Morgan Stanley mengingatkan ketidakpastian yang terjadi akibat merebaknya virus corona.

"Berdasarkan bukti bahwa kegiatan produksi kini telah dimulai lagi secara bertahap, kami rasa situasi saat ini akan sejalan dengan skenario 'normalisasi secara gradual'," ujar para analis Morgan Stanley.

"Adanya ketidakpastian terkait penyebaran virus, kami mencermati risiko-risiko transisi ke skenario 'disrupsi yang berlanjut'," imbuh mereka.

Baca juga: Ekonomi China Terguncang Corona, RI Genjot Ekspor Pisang

Meski begitu, para analis menyatakan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi global hanya bersifat jangka pendek.

"Kami mengekspektasikan, ketika dampak disrupsi mulai surut, ekonomi global akan mengalami lonjakan sejalan dengan langkah perusahaan-perusahaan kembali memulai produksi dan akan menerima peningkatan karena tingkat produksi akan kembali ke level normal setelah mengalami disrupsi," jelas para analis.

Menurut para analis, China dan negara-negara Asia lainnya yang rentan terhadap disrupsi produksi China, dapat menggunakan langkah-langkah kebijakan untuk menurunkan besarnya dampak ekonomi.

Para analis Morgan Stanley berpendapat, beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah China termasuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan pengecualian pajak bagi sektor-sektor yang terdampak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com