Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor dari China ke RI Anjlok 51 Persen akibat Virus Corona

Kompas.com - 03/03/2020, 17:09 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak pekan terakhir Januari 2020, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan mencatat kemerosotan impor dari China.

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Syarif Hidayat mengatakan sebelumnya pada Desember 2019 sudah terjadi penurunan impor karena pengaruh musiman libur Natal dan Tahun Baru.

Kemudian, impor kembali turun pada periode Tahun Baru Imlek tahun ini.

Baca juga: Redam Dampak Corona, Sri Mulyani Longgarkan Izin Impor Bahan Baku

Seharusnya jika dilihat tren setiap tahun usai Imlek terjadi kenaikan impor. Namun hal itu tidak terjadi lantaran perkembangan ekonomi dunia yang saat ini tengah terganggu akibat virus corona.

"Terjadi penurunan itu pada akhir Desember, jelas karena liburan di Desember. Kemudian turun lagi saat Imlek. Seharusnya dua minggu setelah Imlek rebound, tapi sampai sekarang masih penurunan. Kita bisa melihat dampak daripada corona ini sudah kelihatan dengan adanya penurunan impor yang berasal dari China," ujar Syarif ketika memberi paparan di Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Data DJBC menunjukkan, devisa negara dari kegiatan impor atau nilai impor hingga pekan keempat Februari 2020 mencapai 463 juta dollar AS.

Nilai ini merosot 51,16 persen dibandingkan pekan keempat Januari 2020 yang mencapai 948 juta dollar AS.

Baca juga: Kurangi Impor, Pengembangan Komoditas Substitusi Harus Lekas Dilakukan

Adapun jika dilihat berdasarkan jenis barang yang diimpor, impor komputer asal China merupakan produk yang bakal mengalami penurunan paling tajam.

Devisa negara dari impor komputer tercatat sebesar 16,7 juta dollar AS atau turun 80,14 persen dari pekan terakhir Januari 2020 yang mencapai 84,1 juta dollar AS.

Adapun untuk impor mesin hingga akhir Februari 2020, tercatat sebesar 139,7 juta dollar AS, merosot 20,48 persen dibandingkan pekan terakhir Januari 2020.

Untuk impor tekstil dari China tercatat turun hingga 58 persen, dari posisi sebelumnya 136,1 juta dollar AS di akhir Januari 2020 menjadi 56,8 juta dollar AS pada akhir Februari 2020.

Sedangkan, impor telepon atau handphone asal China hanya 92 juta dollar AS per akhir Februari 2020, terkoreksi 5,44 persen dibandingkan Januari 2020.

Baca juga: Januari 2020, Impor Binatang Hidup dari China Anjlok 30,5 Persen

"(Negara-negara) top 5 (impor) tidak terlalu terpengaruh. Yang terpengaruh di China karena sebagian besar dirumahkan sampai 8 Maret. Jadi kegiatan ekonomi China relatif terhenti. Customnya pun dirumahkan, tidakk bisa keluar karena suspect," ujar Syarif.

"Setelah tanggal 8 Maret mudah-mudahan rebound, karena pengumuman pemerintah China mulai beraktifitas normal. Kecuali kalau ada perubahan," ujar dia.

Namun demikian, penurunan signifikan tak terjadi untuk ekspor ke Chia.

Otoritas kepabeanan mencatatkan, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 506 juta dollar AS, turun 9,1 persen jika dibandingkan dengan Januari 2020.

Baca juga: Ekspor Impor Januari ke dan dari China Merosot, Akibat Virus Corona?

Bahkan, di beberapa komoditas terjadi peningkatan seperti batubara yang naik 7,25 persen dari 191,5 juta dollar AS per akhir Januari 2020 menjadi 205,4 juta dollar AS per akhir bulan lalu.

"Ekspor ke China relatif stabil. Tapi impor memang turun, harusnya pertanda baik. Artinya net ekspor defisitnya mengecil. Performa ekspor sebetulnya relatif bagus," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com