Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Kasali: 80 Persen Negara di Dunia Tak Siap Hadapi Corona

Kompas.com - 25/03/2020, 11:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, ketidaksiapan Indonesia menghadapi wabah virus corona (Covid-19) merupakan hal yang wajar.

Sebab, mengacu pada studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat lebih dari 12.000 kasus outbreak dari tahun 1980 sampai 2013.

Guru Besar Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) ini juga mengatakan, sekitar 30 outbreak dari 12.000 krisis mesti diwaspadai tiap tahun dengan 7.000 kasus potensial tiap bulan.

Baca juga: Gubernur BI Ajak Masyarakat Bersatu Cegah Penyebaran Corona

"Dalam satu penjelasannya, 80 persen bangsa-bangsa tidak siap menghadapi pandemi, tidak siap menghadapi virus. Sebanyak 80 persen bangsa tidak siap, wajar kalau Indonesia tidak siap seperti ini," kata Rhenald dalam konferensi video, Selasa (24/3/2020).

Apalagi, data WHO menyebut transmisi virus tidak membutuhkan waktu lama. Virus, bakteri, maupun parasit mampu berkembang 36 jam sekali.

Hal itu membuktikan, penyebaran virus termasuk virus corona tumbuh dalam waktu instan.

Kendati demikian, sebuah bangsa tidak bisa terus-menerus menyatakan ketidaksiapannya menghadapi virus. Adanya fenomena virus corona diharapkan mampu menjadi pelajaran bagi semua pihak.

"Saya tidak bisa mengatakan, kita tidak siap terus. Ini menjadi suatu pelajaran bagi kita, bagaimana kita keluar dari persoalan seperti ini, karena ini akan jadi biasa," ungkap Rhenald.

Baca juga: Ada Wabah Corona, Penyaluran Bansos Dipercepat

Lebih lanjut Rhenald menuturkan, terjadinya pandemi di dunia tak terlepas dari ekspansi manusia. Ketika jumlah manusia melonjak, otomatis akan terjadi ekspansi besar-besaran terhadap alam.

Ekspansi, yang notabene mengambil bagian dari alam, membuat bumi mengalami perubahan iklim. Perubahan iklim inilah yang harus diwaspadai dan diminimalisir sedemikian rupa.

"Sekarang yang namanya lahan gambut itu tempat makhluk-makhluk tertentu dikuasai manusia. Hutan dibuka. Di setiap tempat ada mahluknya, dan virus bakteri itu ada tempatnya. Barangkali mereka tinggal di buaya, biawak, di dalam ular, kelalawar. Aman bagi hewan, tapi tidak aman bagi manusia," jelas Rhenald.

Sebelumnya diberitakan, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga merespons kritikan masyarakat yang menganggap pemerintah lamban menangani wabah corona.

"Pertanyaan saya, negara mana sih yang siap? Kan tidak ada yang siap. Jadi, kalau ada pengamat yang bilang pemerintah tidak siap, ya memang tidak ada yang menduga akan seperti ini," katanya dalam video berdurasi 4 menit 7 detik tersebut, Selasa (24/3/2020).

Baca juga: Pemerintah Dikritik Lamban Tangani Corona, Luhut: Amerika Saja Begitu Galau...

Dia pun menyamakan kesiapan pemerintah Indonesia dengan dengan Amerika Serikat (AS) saat menangani wabah virus corona tersebut.

"Amerika saja begitu galau. Anda bisa bayangkan sebesar Amerika itu minta bantuan ke Indonesia," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

Whats New
Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Work Smart
Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com