JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 akan negatif akibat persebaran virus corona (covid-19).
Virus corona membuat banyak negara harus menghentikan banyak kegiatan ekonominya.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva bahkan memprediksi, perekonomian global akan lebih buruk dibandingkan dengan krisis keuangan global.
Baca juga: IMF Kucurkan Rp 708,8 Triliun untuk Penanganan Virus Corona
Meski demikian, dirinya optimistis kondisi tersebut bisa membaik di 2021.
"Untuk sampai ke sana, sangat penting untuk memprioritaskan pencegahan dan memperkuat sistem kesehatan. Dampak ekonomi akan parah, tetapi semakin cepat virus berhenti, semakin cepat dan kuat pemulihannya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/3/2020).
Georgieva menjelaskan, beban yang ditanggung oleh negara maju lebih ringan dalam proses penanganan virus corona.
Dia pun menekankan, sejumlah negara berkembang maupun berpenghasilan rendah menghadapi tantangan yang semakin berat. Utamanya terkait aliran modal asing keluar atau capital outflow.
Baca juga: Pemodal Asing Kabur, Lepas Surat Berharga Negara Rp 112 triliun
Bahkan berdasarkan catatannya, aliran modal asing yang keluar dari negara berkembang sejak awal tahun mencapai 83 miliar dollar AS.
"Sejak awal krisis, aliran modal keluar terbesar yang pernah tercatat. Kami khususnya prihatin dengan negara-negara berpenghasilan rendah dalam kesulitan utang, suatu masalah yang kami kerjakan erat dengan Bank Dunia," ujar dia.
IMF pun mengatakan bakal meningkatkan alokasi anggaran keuangan darurat. Lebih dari 80 negara di dunia pun telah meminta bantuan keuangan dari IMF.
Adapun untuk membantu negara-negara tersebut, IMF bakal mengguyur pinjaman kepada negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah dengan total alokasi mencapai 1 triliun dollar AS.
"Kami siap untuk mengerahkan semua kapasitas pinjaman 1 triliun dollar AS kami," ujar dia.
Baca juga: IMF: Virus Corona Bikin Pertumbuhan Ekonomi Global Terpangkas
Selain itu, IMF juga menyiapkan opsi lain untuk negara berkembang dan berpenghasilan rendah-menengah. Salah satunya membuat alokasi Special Drawing Right (SDR) atau aset cadangan mata uang asing, sehingga likuiditas negara tersebut bertambah.
"Beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah telah meminta IMF untuk membuat alokasi SDR, seperti yang kami lakukan selama krisis keuangan global, dan kami sedang menjajaki opsi ini dengan keanggotaan kami," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.