Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Merger Grab dan Gojek Mencuat Lagi, Ini Komentar KPPU

Kompas.com - 02/10/2020, 06:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

"Ini tetap dimonitor oleh tim kami. Tentu ini kan akan jadi sedikit hambatan kalau proses merger kedua perusahaan atau kesamaan investornya itu di luar negeri. Itu hambatan oleh tim kami untuk lihat data tersebut jika berdasarkan inisiatif, bukan laporan atau notifikasi," jelas Gopprera.

Untuk diketahui, Indonesia masih menerapkan sistem post merger notification dalam proses notifikasi merger dan akuisisi perusahaan.

Artinya, proses merger baru dilaporkan kepada KPPU setelah merger dilakukan.

Baca juga: Gojek dan Grab Bakal Merger?

Ini diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Beleid itu menyebutkan, bahwa penggabungan atau peleburan badan usaha yang berakibat nilai aset atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada KPPU selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan tersebut.

Hal ini berbeda dengan sistem notifikasi yang diterapkan banyak negara lainnya yakni pre merger notification.

Artinya, sebelum dilakukan transaksi merger dan akuisisi, perusahaan terkait harus terlebih dahulu kepada KPPU untuk mendapat persetujuan.

Sebelumnya, isu merger Grab dan Gojek diduga kuat mencuat akibat kondisi SoftBank sebagai pemegang saham mayoritas Grab yang sedang tertekan. Investasi SoftBank di banyak startup rugi besar.

Baca juga: 300 Lebih Perusahaan Tak Laporkan Keputusan Merger dan Akuisisi ke KPPU

Pada tahun fiskal 2019 kerugian SoftBank mencapai 17,7 miliar dollar AS. Kerugian itu diderita Vision Fund, venture capital milik SoftBank, setelah melakukan hapus buku nilai investasi di WeWork dan termasuk Uber Technologies Inc.

"Kegagalan investasi di WeWork paling fatal," ujar Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero dalam keterangannya, Minggu (20/9/2020).

Ia mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19 ini laju bisnis perusahaan investasi milik Softbank mengalami banyak tekanan.

Apalagi hampir sebagian besar investasi SoftBank berada di sektor jasa transportasi dan logistik yang terkena imbas langsung Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com