Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Catatan Keuangan Garuda, BUMN yang Sering Merugi

Kompas.com - 08/11/2020, 08:03 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

Sepanjang 2017, biaya bahan bakar yang dikeluarkan Garuda Indonesia mencapai 1,155 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 924,7 juta dollar AS.

Tahun 2016 untung Rp 124 miliar

Garuda kembali mencatatkan laba bersih di tahun 2015. Kali ini sebesar 9,36 juta dollar AS atau setara Rp 124,5 miliar sepanjang tahun 2016. Hingga akhir tahun, grup usaha mengangkut 35 juta penumpang baik Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia.

"Seperti kita ketahui tren pertumbuhan industri penerbangan di dunia khususnya Asia Pasifik mengalami tekanan sejak lima tahun terakhir, mulai dari perlambatan ekonomi global hingga mempengaruhi daya beli masyarakat, namun Garuda Indonesia grup masih tetap bisa mempertahankan kinerja positifnya," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Arif Wibowo saat itu.

Tahun 2015 untung Rp 1,07 triliun

Garuda Indonesia atau GIAA akhirnya bisa membukukan laba bersih sebesar 77,97 juta dollar AS sepanjang tahun 2015. Laba yang dicatatkan perusahaan pelat merah ini lebih disebabkan oleh penyusutan beban usaha.

Baca juga: Wamen BUMN Ungkap “Penyakit” Lama yang Menggerogoti Garuda Indonesia

Pasalnya, pendapatan GIAA masih menurun. Pada tahun 2014, total pendapatan usaha GIAA mencapai 3,93 miliar dollar AS. Sementara tahun 2015 lalu, pendapatannya turun 3,02 persen menjadi 3,81 miliar dollar AS.

Beban operasional penerbangan GIAA terpangkas 14,5 persen menjadi 2,19 miliar dollar AS. Total beban usaha GIAA pun menyusut 13 persen menjadi 3,7 miliar dollar AS. Turunnya beban membuat GIAA masih mencetak laba usaha mencapai 168,7 juta dollar AS.

Tahun 2014 rugi Rp 4,87 triliun

Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar 371,9 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,87 triliun selama tahun buku 2014. Kerugian itu berdasarkan laporan keuangan Garuda selama 2014 yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia.

Jika dibandingkan keuangan Garuda tahun 2013 lalu yang meraup laba hingga 13,583 juta dollar AS, tentu keuangan tahun 2014 terbilang buruk.

Baca juga: Garuda Indonesia Peroleh Pinjaman Rp 1 Triliun, Untuk Apa?

Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu, Arif Wibowo mengatakan, kerugian tersebut diakibatkan ada ya tekanan dari faktor eksternal dan internal yang membuat kinerja keuangan melemah.

“Memang kita mengalami kerugian karena kinerja keuangan pada tahun 2014 dipengaruhi oleh kondisi industry penerbangan bukan saja di Indonesia namun juga di dunia yang sedang mengalami turbulensi,” ujar Arif kala itu.

(Sumber:Kompas.com/Yoga Sukmana, Mutia Fauzia, Sakina Rakhma Diah Setiawan, Achmad Fauzi, Estu Suryowati, Yoga Sukmana, Akhdi Martin Pratama | Editor: Sakina Rakhma Diah Setiawan, Bambang Priyo Jatmiko, Erlangga Djumena)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com