Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Apa Itu Reksadana: Jenis, Keuntungan, dan Risikonya

Kompas.com - 16/02/2021, 00:06 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Lifepal

JAKARTA, KOMPAS.com - Reksadana bisa dikatakan sebagai investasi yang cocok untuk pemula. Ini karena reksadana adalah investasi yang dikelola oleh manajer investasi atau MI yang berpengalaman.

Lalu apa itu reksadana? Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, seperti yang dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana artinya salah satu wadah yang digunakan masyarakat untuk menghimpun dana.

Beberapa keuntungan yang bisa didapat lewat berinvestasi reksadana adalah, memiliki instrumen investasi yang terdiversifikasi otomatis, modal awal investasi yang kecil, bisa ditop-up dan dicairkan kapan saja, dan bebas pajak.

Secara sederhana, masyarakat melakukan urunan dana dan setelah terkumpul, dana tersebut dikelola sebagai bentuk investasi oleh manajer investasi ke dalam portofolio efek.

Baca juga: Laporan Transaksi Reksadana Via AKSes KSEI, Ini Cara Daftarnya

Jika dilihat dari portofolio efeknya, reksadana memiliki banyak jenis. Selain reksadana pasar uang, ada pula reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksadana saham, reksadana terproteksi, reksadana indeks, reksadana dengan penjaminan, hingga exchanged traded fund (ETF).

Berikut adalah tips untuk memilih reksa dana untuk pemula seperti dilansir dari Lifepal, Selasa (16/2/2021).

Kenali manajer investasi pengelola reksa dana dengan baik

Prospektus dalam sebuah produk reksadana adalah berisikan banyak hal terkait strategi pengelolaan reksadana, pembatasan investasi, hingga orang-orang di balik perusahaan manajer investasi tersebut.

Mencari tahu soal rekam jejak manajer investasi (MI) adalah hal wajib yang harus dilakukan investor. Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, sangat mudah untuk mengetahui apakah MI yang kita tuju pernah terlibat kasus, atau pelanggaran hukum lainnya.

Ketahui pula, jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) perusahaan manajer investasi tersebut. Besarnya AUM menandakan tingginya kepercayaan investor terhadap MI.

Sebab, tidak mungkin investor mempercayakan dana mereka dikelola oleh MI yang kinerjanya buruk.

Baca juga: Reksadana Baru Trimegah AM, Investasi Bisa Mulai dari Rp 100.000

Cari benchmark untuk mengukur performa reksa dana

Data historis seputar imbal hasil sebuah reksadana artinya secara bulanan hingga tahunan tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk memilih produk reksadana. Anda bisa melakukan perbandingan dengan menggunakan beberapa acuan atau benchmark.

Kinerja reksadana yang disertai benchmark bisa Anda temukan di fund fact sheet produk reksadana. Namun Anda pun bisa melakukan perbandingan secara mandiri dengan menggunakan benchmark sebagai berikut:

Reksadana pasar uang vs bunga deposito

Reksadana pasar uang merupakan reksadana yang memiliki underlying asset atau aset dasar berupa instrumen pasar uang. Beberapa di antaranya adalah deposito dan surat utang jangka pendek yang jatuh temponya di bawah satu tahun.

Kinerja reksadana pasar uang memang tergolong lebih stabil ketimbang reksadana lainnya. Satu-satunya cara untuk mengukur performa reksadana adalah dengan membandingkannya dengan deposito bank umum.

Baca juga: Investasi Reksadana Anda Jeblok? Ini Penyebabnya

Reksadana campuran vs reksadana saham dengan IHSG

Jika reksadana yang Anda beli adalah reksadana saham, maka Anda bisa menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengukur performanya.

Ketika kinerjanya bisa mengalahkan IHSG secara konsisten, maka hal itu bisa Anda pertimbangkan. IHSG pun bisa dijadikan benchmark untuk mengukur performa reksadana campuran, asalkan komposisi portofolio efek di reksadana campuran tersebut, sebagian besarnya adalah saham.

Reksadana pendapatan tetap vs indeks obligasi

Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, benchmark berupa Indonesian Indeks Obligasi Pemerintah, Indeks Obligasi Korporat, atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index). Semuanya tergantung isi dari underlying asset dari reksadana pendapatan tetap yang dipilih.

Ketika sebagian besar underlying asset adalah obligasi pemerintah, maka Indeks obligasi pemerintah bisa menjadi benchmark. Namun ketika obligasi swasta yang lebih banyak, indeks obligasi korporat boleh dijadikan acuan.

Baca juga: Cara Mudah Memilih Reksadana untuk Pemula

Perhatikan Sharpe Ratio

Ketika seseorang memilih instrumen investasi yang memiliki volatilitas tinggi maka mereka juga mengharapkan imbal hasil yang tinggi. Sharpe ratio bisa digunakan untuk tingkat risiko dari reksadana.

Tidak ada patokan berapa sharpe ratio yang terbaik. Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur kinerja reksadana dengan perbandingan imbal hasil dan risiko (standar deviasi). Makin tinggi sharpe ratio maka makin baik kinerja reksadana tersebut.

Jika Anda menemukan nilai sharpe ratio negatif di produk reksadana, maka akan lebih baik bagi kita untuk memilih reksadana yang sharpe ratio negatifnya paling kecil.

Sharpe ratio yang negatif menandakan tingkat risiko lebih besar dibanding dengan tingkat pengembalian (apa itu reksadana).

Baca juga: Reksadana Saham Diperkirakan Bakal Hijau hingga Akhir Tahun

Ketika Anda membeli reksadana di platform milik agen penjual efek reksadana atau perusahaan sekuritas, maka nilai rasio ini akan tertera di daftar reksadana.

Nilai sharpe ratio juga bisa berubah, bisa saja satu reksadana saham memiliki nilai sharpe ratio yang tinggi dalam 3 bulan namun minus di periode 1 tahun.

Perhatikan nilai draw down

Draw down bisa dimaknai sebagai tingkat kerugian maksimal yang ada di produk reksadana, atau bisa juga didefinisikan sebagai tingkat penurunan kinerja dari titik puncaknya ke titik terendah.

Apabila sebuah reksadana artinya memiliki nilai draw down sebesar 30 persen setahun, berarti kinerja reksa dana tersebut pernah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Sama seperti sharpe ratio, nilai draw down juga bisa dipengaruhi oleh time frame.

Baca juga: BI Pangkas Suku Bungan Acuan, Ini Reksadana yang Diuntungkan

Draw down yang tinggi umumnya ditemukan di reksadana campuran maupun saham. Untuk sebagian besar reksadana pasar uang, nilai draw down ada di angka 0 koma sekian. Bahkan tidak sedikit pula yang nilainya 0,00 persen.

Waspadai expense ratio reksadana

Expense ratio bisa juga disebut sebagai perbandingan beban operasional reksadana adalah dengan rata-rata NAB dalam setahun.

Pengelolaan sebuah reksadana adalah tentu akan memunculkan biaya. Biaya-biaya tersebut sebut saja, biaya kustodian, trading, marketing, dan lainnya.

Semakin kecil expense ratio mencerminkan kehandalan Manajer Investasi dalam mengelola produknya.

Baca juga: Investor Reksadana Terus Melonjak, Ini Penyebabnya

Pilih reksadana sesuai dengan jangka waktu investasi Anda

Semakin pendek jangka waktu investasi, maka pilihan reksadana yang disarankan adalah reksadana yang volatilitas nilai aktiva bersih (NAB)-nya rendah.

Namun untuk jangka panjang, maka pilihan reksadananya akan semakin fleksibel, boleh yang rendah volatilitasnya atau yang tinggi karena mengharap imbal hasil yang besar.

Untuk jangka waktu pendek (1-3 tahun), sangat disarankan untuk memilih reksadana yang rendah fluktuasi seperti reksa dana pasar uang, atau pendapatan tetap.

Untuk jangka menengah (3-5 tahun), disarankan untuk memilih reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran. Sementara itu untuk kebutuhan dana pendidikan di atas 5 tahun, maka reksadana saham boleh dicoba.

Baca juga: Deposito Bank Vs Reksadana Pendapatan Tetap, Mana Lebih Untung?

Itulah hal-hal yang mesti diketahui ketika kita memilih reksadana, baik itu reksadana pasar uang, reksadana saham, dan jenis reksadana lainnya. 

Pada intinya produk investasi ini memang cocok bagi investor pemula, yang belum pernah berinvestasi. Namun sebelum memilih produknya, kenalilah lebih dalam seputar produk investasi ini (apa itu reksadana).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com