Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Soal Tesla, Luhut: Saya Tidak Pernah Bicara Pabrik Mobil!

Kompas.com - 25/02/2021, 12:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, tidak pernah ada pembahasan pembangunan pabrik mobil listrik dengan perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) Tesla Inc.

Menurut Luhut, dalam non-disclosure agreement (NDA) antara Pemerintah RI dengan perusahaan Elon Musk itu memang menyebutkan mobil listrik sebagai salah satu dari enam poin yang dibahas.

"Saya tidak pernah bicara pabrik mobil. Ada enam (pembahasan tertulis NDA) sebenarnya di tempat mereka itu. Salah satu mobil. Ada lagi mengenai starlink, ada mengenai launching pad SpaceX, hypersonic, ada baterai lithium pack, dan stabilizer energizer itu yang kita bicara," katanya dalam CNBC Economic Outlool secara virtual, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Masih Ada Harapan, Kepala BKPM Sebut Negosiasi dengan Tesla Tetap Berjalan

Luhut menjelaskan, bahan baku nikel ore yang membuat Tesla tertarik bernegosiasi dengan Indonesia.

"Kenapa? Karena Indonesia itu penghasil nikel ore terbesar di dunia. Itu yang mereka lihat di kita," ucap dia.

Luhut sebagai nahkoda investasi ini pun memastikan bahwa negosiasi dengan Tesla tetap berlanjut hingga kini. Meskipun produsen mobil listrik itu telah memutuskan untuk membangun pabrik mobil listrik di Karnataka, Bangalore, India.

"Saya enggak bisa lebih jauh bicara, tapi sampai hari ini kita masih bicara. Jadi, tidak ada orang ribut soal mobil Tesla di India, itu kan baru kejadian 2025 juga," katanya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto menyebutkan, Tesla tertarik bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pembangunan energy storage system (ESS)

Seto menekankan, pemerintah Indonesia tidak akan tertarik apabila dalam negosiasi yang tertulis di proposal NDA, Tesla hanya menginginkan sumber bahan baku.

"Intinya ESS ini bisa menggantikan pembangkit-pembangkit peaker. Peaker itu pembangkit yang hanya digunakan untuk ketika electricity demand-nya itu jauh melebihi penggunaan rata-ratanya," ujar Seto beberapa waktu lalu.

Baca juga: Pemerintah Terus “Pepet” Tesla agar Investasi di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+