JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai langkah penyelesaian pembayaran polis nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang tertunda berjalan dengan baik. Sebagian besar nasabah menyetujui restrukturisasi.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, hal ini tak lepas dari peran Tim Percepatan Restrukturisasi Jiwasraya yang dibentuk pemerintah untuk memberikan titik terang bagi pemegang polis terkait pengembalian dana mereka.
"Pencapaian saat ini yang mendapatkan kepercayaan dari pemegang polis dengan deadline 31 Mei 2021 ini, rasanya mewakili AAJI mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya,” ujar dia dalam acara IFG Progress Launching secara virtual, Rabu (28/4/2021).
Baca juga: Di Atas Target, Laba Berjalan Holding BUMN Asuransi IFG Capai Rp 2,2 Triliun
Tercatat hingga 26 April 2021 proses restrukturisasi Jiwasraya pada polis korporasi sudah mencapai 1.774 polis atau sebesar 82,8 persen dari total 2.143 polis.
Lalu restrukturisasi pada polis ritel sudah mencapai 134.972 polis atau 75,3 persen dari total 179.253 polis. Serta polis bancassurance yang sudah direstrukturisasi sebanyak 16.223 atau 92,9 persen dari total 17.459 polis.
Budi mengatakan, kepercayaan pemegang polis dalam mengikuti program restrukturisasi turut dipengaruhi adanya perusahaan asuransi baru yakni IFG Life. Perusahaan asuransi baru berpelat merah ini akan mengambilalih seluruh polis Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi.
Ia bilang, hal ini turut menjadi angin segar bagi industri asuransi pada umumnya, sebab kasus gagal bayar Jiwasraya tak hanya berdampak pada para pemegang polis, tetapi juga kepercayaan masyarakat pada produk asuransi.
"Ini menggembirakan karena anggota kami yang selama ini mengalami kesulitan yang berdampak kepada pemegang polis dan kepercayaan masyarakat untuk berasuransi sekarang sudah menemukan titik terang," ungkapnya.
Budi mejelaskan, masalah yang ada di Jiwasraya sebenarnya bukan terjadi dalam satu atau dua tahun belakangan. Tetapi sedari lama karena adanya pembiaran masalah likuiditas perusahaan.
Menurut dia, masalah di Jiwasraya bukan karena salah penerbitan produk melainkan adanya salah pengelolaan produk, terlebih desain bunga produk yang tinggi.
Baca juga: Selamatkan Jiwasraya, Taspen Akan Serap Surat Utang IFG Senilai Rp 10 Triliun
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.