Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Larangan Ekspor Bijih Nikel, Konsumsi Listrik Sulawesi Bisa Naik 3 Kali Lipat

Kompas.com - 11/05/2021, 18:19 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) menikmati dampak positif dari kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang diteken pemerintah pada tahun lalu.

Hal itu membuat konsumsi listrik di Sulawesi yang merupakan daerah penghasil nikel jadi meningkat.

Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua & Nusa Tenggara Syamsul Huda menjelaskan, akibat kebijakan itu, setiap perusahaan tambang membangun smelter untuk mengolah bijih nikel.

Baca juga: Beban Puncak Listrik Naik Saat Lebaran, PLN Pastikan Pasokan Aman

Pengoperasian smelter tersebut meningkatkan konsumsi listrik.

"Menariknya di Sulawesi ini yang dapatkan berkah dari kebijakan pemerintah bahwa tidak boleh ekspor nikel sebelum diolah di sini. Artinya pengolahan di sini membutuhkan smelter dan jadi potensi pasar yang besar bagi Sulawesi," ujar Huda dalam konferensi pers virtual, Selasa (11/5/2021).

Huda menjelaskan, normalnya beban listrik di Sulawesi rata-rata hanya 2.000 Megawatt (MW).

Namun, dengan adanya larangan ekspor bijih nikel, beban puncaknya bisa naik tiga kali lipat dari normal.

"Ada potensi pasar smelter, jadi sekitar 6.100 MW. Nah ini kan tiga kali lipat dari beban puncak yang eksisting di Sulawesi," imbuh dia.

Baca juga: 4.002 Gardu Terdampak Badai Seroja Diperbaiki, PLN: Listrik di NTT Pulih 100 Persen

Huda mengatakan, konsumsi listrik pada industri smelter ini masih bisa digenjot lagi.

Oleh sebab itu, PLN terus melakukan pendekatan kepada para pelaku bisnis.

Menurut dia, kondisi infrastruktur menjadi salah satu kendala untuk membangun kelistrikan di wilayah smelter.

Namun, PLN tetap perlu sigap agar tak kehilangan pasar akibat pengusaha malah membuat pembangkit listrik untuk smelter mereka.

"PLN perlu menangkap potensi pasar yang sedemikian besar. Kalau tidak, mereka akan bangun pembangkit sendiri dan PLN jadi enggak bisa menanfaatkan infrasstruktur yang sudah dibangun melalui program 35.000 MW," jelas dia.

Baca juga: Garap Bisnis Mobil Listrik, Huawei dan Baidu Siapkan Rp 275 Triliun

"Oleh karena itu, kami lagi pendekatan agar potensi pasar yang ada bisa menggunakan listrik yang disiapkan negara, dalam hal ini PLN," tutup Huda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com