JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Irham Faro (27) barangkali tak pernah menyangka keputusannya terjun ke usaha peternak ayam layer atau petelur bakal berakhir pahit.
Jebolan Jurusan Manejemen Pemasaran Universitas Negeri Semarang ini memang sudah berniat kembali ke desanya di Pati, Jawa Tengah, untuk berwirausaha dengan beternak ayam petelur usai lulus kuliah.
Keputusannya memilih ternak ayam petelur bukan tanpa alasan. Bisnis ayam petelur dinilai masih lebih memiliki prospek bagus ketimbang ayam pedaging atau broiler.
Sudah lazim di kalangan peternak, budidaya ayam pedaging atau ayam broiler mandiri sudah tak secerah dulu. Sudah banyak peternak ayam pedaging yang babak belur, bahkan bangkrut karena tak kuat bertahan.
Baca juga: Dilema Impor Jagung: Peternak Senang, Petani Meradang
"Lulus kuliah tahun 2017, langsung beternak ayam petelur. Mulai ternak 2018, uang tabungan ditambah dari pinjam orang tua sebagai modal awal," kata Faro saat dihubungi, Senin (20/9/2021).
Baru mulai beternak ayam, dirinya langsung frustasi karena sejak 2017 jagung yang jadi bahan utama pembuatan ransum ayam pasokannya sulit didapat. Kalau pun tersedia, harganya sudah terlampau tinggi bagi peternak kecil seperti dirinya yang hanya memelihara 1.000 ekor ayam.
Mengandalkan pakan jadi dari pabrikan juga bukan solusi. Karena jagung juga mahal, secara otomatis pabrikan pakan juga menaikan harga pakan ayam produksi mereka.
"Pakan jadi juga mahal. Dulu awal-awal masih bisa dapat Rp 250.000 per sak (50 kg). Sekarang Rp 350.000 ke atas. Bayangkan kenaikannya sampai Rp 100.000," ucap Faro.
Baca juga: Marak, Ayam Kampung Tidak Asli Beredar di Pasaran
Belum habis cerita pilu dengan kelangkaan jagung kering, peternak ayam layer harus menanggung beban lagi karena harga anakan ayam (DOC) layer juga terus melambung.
Puncak kegetiran peternak ayam layer, lanjut Faro, adalah saat harga telur anjlok tajam hingga Rp 14.000 per kg. Padahal HPP produksi telur adalah kisaran Rp 17.000-18.000 per kg.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.