JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengklaim penyebab harga jagung untuk pakan ternak tinggi karena terjadi disparitas harga antara Harga Acuan Pembelian (HAP) dari Kementerian Perdagangan dengan harga yang ada di pasaran.
"Ketersediaan sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma bagaimana membuat kondisi bahan pokok sampai ke peternak secara masif dan tak ada pelanggaran di lapangan," kata Harvick dalam rapat kerja bersama dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, dilansir dari Antara, Senin (20/9/2021).
Menurut Harvick, permasalahan utama harga pakan jagung yang tinggi adalah sinkronisasi antara pengusaha pakan besar dan kecil terhadap peternak rakyat.
Peternak rakyat, menurutnya, menjadi pihak yang sangat dirugikan lantaran biaya produksi membengkak dan tidak bisa menjual telur di atas Harga Pokok Produksi (HPP).
Baca juga: Dilema Impor Jagung: Peternak Senang, Petani Meradang
"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini. Cuma memang bagaimana membuat situasi stabil dan kondusif. Ini kita perlu dukungan sama-sama dari teman-teman Komisi IV untuk mengingatkan pengusaha pakan kita," kata dia.
Harvick juga mengatakan telah meminta kepada para jajarannya di lingkungan Kementerian Pertanian untuk terus menjalin komunikasi dengan para pelaku usaha, termasuk industri pakan ternak, peternak, dan petani untuk menjaga kondusifitas di lapangan.
Lebih lanjut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menerangkan saat ini stok jagung terbilang masih dalam kondisi aman.
"Di GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak) itu 722 ribu ton, kemudian ada di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, usaha lain dan eceran kemudian di rumah tangga dan lainnya itu sisanya, jadi total sekitar 2,3 juta ton," kata dia.
Baca juga: 2 Kali Jadi Presiden, Jokowi Janjikan Swasembada Jagung, Realisasinya?
Suwandi menjelaskan saat ini terjadi disparitas harga yang cukup tinggi antara HAP yang diterbitkan Kementerian Perdagangan yaitu sebesar Rp 4.500 per kg dengan harga di pasaran sekitar Rp 5.500 - Rp 6.000 per kg.
Selain itu, posisi panen jagung tidak merata di seluruh daerah Indonesia dan panen terjadi secara musiman, dan sebaran waktu panen pun tidak merata.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.