Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkop Teten: Cari Untung tetapi Rusak Lingkungan, Kita Tinggalkan!

Kompas.com - 15/10/2021, 18:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki meminta UMKM untuk mengadopsi praktik usaha ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dia mengatakan, usaha yang hanya mencari untung tapi merusak lingkungan harus ditinggalkan. Menurut dia, kegiatan ekonomi termasuk produksi, konsumsi, dan distribusi harus meningkatkan kualitas pembangunan manusia dalam jangka panjang.

“Langkah-langkah mencari keuntungan yang merusak lingkungan harus kita tinggalkan," kata Teten dalam peluncuran survei pandemi dan praktik usaha ramah lingkungan, Jumat (15/10/2021).

Baca juga: Menkop Teten: Sudah 15,9 Juta UMKM Masuk ke Pasar Digital

Menurut dia, pihaknya harus mendukung usaha ramah lingkungan. Apalagi saat ini, banyak pengusaha muda yang minat berwirausaha dengan barang dagangan ramah lingkungan.

Hal ini juga sejalan dengan hasil survei yang menemukan bahwa sekitar 95 persen UMKM berminat pada praktik-praktik usaha ramah lingkungan.

Sebanyak 90 persen lainnya menyatakan tertarik untuk menerapkan praktik usaha inklusif, yang merupakan komponen penting dari agenda Sustainable Development Goals (SDGs).

"Anak-anak muda sudah banyak menjalankan bisnis yang ramah lingkungan. Misalnya, menggunakan material dari limbah kayu untuk membuat jam tangan dan frame kacamata. Tentu kreativitas dan inovasi ini perlu terus kita dukung agar semakin banyak usaha ramah lingkungan," ucap Teten.

Sementara itu, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura menyebut, pemerintah perlu bekerjasama dengan stakeholder lainnya untuk meningkatkan daya saing UMKM.

Sebab berdasarkan hasil survei yang sama, ada potensi usaha ramah lingkungan di Indonesia.

“Kesempatan sekarang ada tangan kita. Kita harus menangkap peluang untuk transisi yang lebih berani menuju ekonomi hijau dengan praktik-praktik usaha yang lebih inklusif," jelas Shimomura.

Rugi akibat pandemi Covid-19

Tak hanya itu, survei tersebut juga menemukan beberapa UMKM mengalami kerugian lebih dari 50 persen di awal pandemi pada 2020 dan PPKM darurat pada tahun 2021, khususnya di provinsi Jawa dan Bali.

Namun, ada beberapa UMKM yang mampu bertahan dengan bantuan digitalisasi. Dengan bantuan platform digital, UMKM mencatat permintaan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih besar.

Di sisi lain, UMKM perempuan lebih rentan kehilangan pekerjaan. Namun, hanya 19,7 persen UMKM milik perempuan yang mencari program bantuan dari pemerintah (BPUM). Sedangkan persentase UMKM laki-laki yang mencari bantuan mencapai 26,9 persen.

Sebagai informasi, survei diikuti oleh 3.000 UMKM yang mengisi 58 pertanyaan tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor UMKM. Survei dilakukan secara daring dengan menyebarkan pesan singkat (SMS) berisi link survei.

Pertanyaan difokuskan pada permintaan terhadap produk, keuntungan selama masa awal pandemi di bulan Maret - Juni 2020. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan masa PPKM Darurat pada Juli-Agustus 2021.

Baca juga: Teten: UKM Kita Sudah Banyak Transformasi, dari Keripik ke Elektrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com