Pada awal pembangunannya, proyek kereta cepat di Taiwan ini diproyeksi akan menelan total investasi awal sebesar 18 miliar dollar AS, setara Rp 255,6 triliun.
Dengan panjang rute proyek kereta cepat ini 345 kilometer, dana belaja modal per kilometernya sebesar 50 juta dollar AS atau Rp 710 miliar.
Menurut Salustra, proyek tersebut juga mengalami pembengkakan biaya sebesar 1,7 miliar dollar AS atau Rp 24,14 triliun dari rencana semula.
Adapun pembiayaan proyek berasal dari konsorsium perusahaan Taiwan yang dilakukan melalui Kerja Sama Badan Usaha dan Pemerintah (KPBU) dan juga pemerintah.
Baca juga: Kenapa Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dijuluki Proyek Nanggung?
3. Kereta Cepat Madrid-Barcelona
Proyek kereta cepat ini dirancang akan menelan biaya investasi 12,6 miliar dollar AS atau Rp 179,9 triliun dengan panjang rute 621 kilometer.
Dengan biaya sebesar itu, pengeluaran modalper kilometernya sebesar 20 juta dollar AS atau sekitar Rp 284 miliar.
Proyek ini mengalami cost overrun hingga 4,2 miliar dollar AS, atau setara Rp 59,64 triliun.
Sementara pembiayaan proyek ini berasal dari pinjaman berbagai lembaga perpanjangan tangan Uni Eropa. Adapun pemerintah Spanyol turut membiaya biaya cost overrun.
4. Kereta Api Addis Ababa-Djibouti
Proyek kereta cepat ini pada awalnya dirancang akan menghabiskan dana investasi sebesar 4,5 miliar dollar AS, setara Rp 63,9 triliun dengan panjang rute 756 kilometer.
Dengan begitu, pengeluaran modal atau capex per kilometernya sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp 71 miliar. Proyek tersebut juga memiliki cost overrun sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,2 triliun.
Adapun pembiayaan proyek kereta cepat ini berasal dari 70 persen utang dari China Eximbank dan 30 persen lainnya dari ekuitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Laos dan BUMN China.
Baca juga: Stafsus Erick Thohir Bantah Ada Utang Tersembunyi dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Salursa menyebut kenaikan kebutuhan anggaran kereta cepat di banyak negara ini terjadi karena berbagai faktor.
Di Indonesia terjadi, antara lain, adanya kenaikan biaya konstruksi, pembebasan lahan, biaya head office dan pra-operasi, dan biaya yang lainnya.