Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Kasus Turun, Sri Mulyani Sebut Pandemi Saat Ini Bukan yang Terakhir Kalinya

Kompas.com - 19/10/2021, 12:43 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pandemi Covid-19 bukanlah pandemi pertama ataupun pandemi terakhir. Dia menilai, pandemi tidak akan pernah selesai sampai kapanpun.

Bahkan, pandemi mampu membuat negara tersebut jadi pecundang (loser) atau justru pemenang (winner) dilihat dari cara sebuah negara menanganinya.

"Pandemi Covid-19 bukanlah yang pertama kali dan bukan yang terakhir kali. Artinya Indonesia harus menyadari bahwa fenomena ancaman seperti terjadinya pandemi tidak akan selesai atau tidak akan jadi pertama kali atau terakhir kali," kata Sri Mulyani dalam webinar Festival Transformasi Kementerian Keuangan, Selasa (19/10/2021)

Baca juga: Sri Mulyani Wanti-wanti 3 Fenomena Global yang Bikin Negara Jadi Winner atau Loser

Bendahara negara ini menjelaskan, pandemi adalah tantangan nyata. Pandemi masih belum selesai meski Indonesia sudah mampu menangani varian Delta Covid-19 dan menekan angka penularan virus sampai 95 persen.

Indonesia bahkan masih harus mengejar akselerasi vaksin yang ditargetkan mencapai 70 persen dari jumlah penduduk. Akselerasi vaksin Covid-19 saat ini saja belum mencapai 40 persen secara nasional.

"Vaksinasi masih harus diteruskan, kita belum mencapai 40 persen. Kita ingin capai 70 persen dari penduduk kita. Kita harus tetap hidup secara berdampingan dengan Covid-19 dalam fenomena yang disebut endemi," beber Sri Mulyani.

Karena tak akan pernah selesai, seluruh dunia terus berikhtiar mencari cara menyiapkan penanganan pandemi yang lebih baik.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Bank Dunia Bakal Kucurkan Rp 2.240 Triliun ke 100 Negara, untuk Apa?

Jika pandemi muncul lagi dalam beberapa tahun ke depan, dunia sudah siap mencegah dampaknya sedini mungkin, dari sisi korban jiwa, keuangan negara, maupun dari sisi perekonomian.

Ikhtiar tersebut bahkan menjadi acuan bagi Kementerian Keuangan untuk mentransformasi dan membuat pelayanan publik yang inklusif dan modern.

Salah satu transformasi yang dikejar adalah transformasi di bidang kesehatan agar lebih siap menangani semua krisis kesehatan.

"Bahkan kita juga bisa kontribusi secara global. Bagaimana kita mendukung reformasi di bidang pelayanan kesehatan sehingga dampaknya tidak luar biasa," bebernya.

Meski demikian kata dia, Indonesia perlu bersyukur karena mampu menangani virus Covid-19 secara efektif termasuk lewat PPKM.

Baca juga: Indonesia Punya Utang Tersembunyi ke China? Ini Kata Stafsus Sri Mulyani

Melalui kebijakan terukur dan disiplin protokol kesehatan, Indonesia bisa mengendalikan jumlah kasus secara singkat dan merata di seluruh daerah.

"Ini pencapaian yang tidak sia-sia dan bukan sesuatu yang sepele. Sesuatu yang membutuhkan terus-menerus diupayakan langkah-langkah oleh seluruh pemimpin negara dan pimpinan daerah, menggunakan K/L dan partisipasi masyarakat yang terus lakukan apa yang disebut disiplin prokes," pungkas Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com