JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku senang melihat banyak pihak yang peduli dengan utang Indonesia selama pandemi Covid-19.
Bendahara negara ini mengungkapkan, kritik meluas soal utang ini tak terjadi di dua krisis sebelumnya, yakni krisis moneter tahun 1998 tahun fenomena Bank Century tahun 2008. Artinya, saat ini masyarakat lebih memperhatikan keuangan negara.
"Kalau hari ini banyak orang yang melihat (utang) sangat detil, saya senang banget. Tahun 97-98 enggak ada yang lihat APBN. 2008-2009 enggak ada yang lihat, sekarang semua orang ngurusin utang," kata Sri Mulyani dalam Peluncuran Buku 25 Tahun Kontan secara virtual, Minggu (24/10/2021).
Baca juga: Kemenkeu Cari Formula yang Pas Buat Tagih Utang Lapindo
Wanita yang akrab disapa Ani ini menuturkan, banyak masyarakat yang sudah menyadari pentingnya peran keuangan negara saat krisis terjadi. Keuangan negara atau APBN, selalu mendapat beban paling besar saat krisis terjadi
"Jadi Anda perhatikan paling ujung adalah beban negara. Jadi is good bahwa kita punya ownership kepada keuangan negara. Semuanya menyadari bahwa keuangan negara adalah instrumen yang luar biasa penting," ucap Ani.
Tanpa bantuan APBN kata Sri Ani, warga akan jatuh lebih dalam. Masyarakat tidak lagi memiliki sumber pendapatan ketika kegiatan ekonomi terpaksa berhenti akibat pandemi Covid-19. Ujung-ujungnya, perbankan akan kesulitan dan negara pula yang menanggung beban tersebut.
Maka, Sri Mulyani menilai pemerintah perlu mengejar pendapatan ketika negara sehat. Sebab, keuangan negara harus mampu mengantisipasi setiap krisis yang terjadi.
Pandemi kata dia, bukanlah awal dan akhir dari krisis dunia. Masih ada kemungkinan besar krisis-krisis lain datang kembali dalam beberapa tahun ke depan, termasuk perubahan iklim hingga disrupsi digital.
"Makanya waktu ekonomi bagus, kita tetap harus akumulasi atau mengisi amunisi, defisit kita turunkan sehingga kita punya yang disebut fiscal space. Begitu terjadi hantaman, fiscal space itu yang dipakai," pungkas Ani.
Sebagai informasi, utang pemerintah makin disorot ketika kembali menanjak pada bulan Agustus 2021. Posisi utang pada bulan itu melonjak menjadi Rp 6.625,43 triliun. Porsinya sudah 40,84 persen dari PDB Indonesia.
Baca juga: Stafsus Erick Thohir Bantah Ada Utang Tersembunyi dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.