Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Janji Mendag dan Realita Masih Mahalnya Harga Minyak Goreng

Kompas.com - Diperbarui 11/02/2022, 18:08 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Harga minyak goreng tengah melonjak drastis. Dalam waktu relatif bersamaan, para produsen kompak menaikkan harga dengan dalih menyesuaikan dengan harga minyak sawit (CPO) di pasar global.

Selama kurun waktu empat bulan lebih, lonjakan harga minyak goreng di dalam negeri melesat tanpa kendali. Sejak dua bulan terakhir, minyak goreng juga berkontribusi besar terhadap inflasi.

Meroketnya harga minyak goreng di Indonesia ini jadi ironi, mengingat pasokan minyak sawit di Indonesia selalu melimpah.

Pemerintah pun akhirnya memutuskan untuk menggelontorkan duit subsidi Rp 3,6 triliun untuk penyediaan minyak goreng murah seharga Rp 14.000 per liter.

Baca juga: Produsen Minyak Goreng Mengaku Dibuat Bingung Aturan Pemerintah

Namun belakangan, minyak goreng murah dalam program pemerintah tersebut sangat sulit didapatkan. Di ritel modern, rak yang berisi minyak goreng lebih sering kosong. Setali tiga uang, di pasar tradisional dan warung, pedagang tidak menjual minyak goreng Rp 14.000 per liter.

Janji pertama

Dikutip dari Kontan, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjanjikan minyak goreng murah sudah tersedia di ritel modern di seluruh Indonesia mulai 19 Januari 2022, dan secara bertahap sudah dijual di pasar tradisional sepekan sesudahnya.

“Penyediaan minyak goreng kemasan melalui ritel merupakan tahap awal, selanjutnya kami akan memastikan minyak goreng kemasan Rp 14.000 per liter tersedia di pasar tradisional di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Ia juga bilang, jika ada keluhan dan harga yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah, Kemendag menyiapkan kontak pengaduan dengan membuka hotline khusus. Masyarakat dapat mengadukan permasalahan di lapangan ke saluran yang disediakan.

Baca juga: Produsen Beberkan Penyebab Kelangkaan Minyak Goreng di Negeri Kaya Sawit

"Kami siap membantu seluruh pihak demi kelancaran implementasi kebijakan minyak goreng kemasan satu harga. Silakan apabila mengalami kendala atau mau menyampaikan keluhan, dapat langsung menghubungi hotline yang kami sediakan,” kata Lutfi.

Soal minyak goreng murah yang susah didapatkan, ia mengungkapkan, masalah tersebut disebabkan tingginya permintaan minyak goreng oleh masyarakat di peritel modern.

Oleh karena itu, ia menilai pentingnya mengurangi tekanan permintaan di peritel modern. Caranya yaitu dengan penyediaan minyak goreng curah di pasar tradisional dengan harga sesuai dengan HET.

"Ketika di pasar tradisional minyak curahnya sudah ada, pressure untuk beli di ritel itu akan berkurang sehingga nanti suplai normal, semuanya mengikuti harga eceran tertinggi," kata Mendag Lutfi saat peninjauan harga minyak goreng di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, 3 Februari 2022. 

Baca juga: Pemerintah Beberkan Alasan Harga Minyak Goreng Belum Juga Turun

Pada awal Februari ini, minyak goreng curah di pasar tradisional belum mengikuti HET baru yang ditetapkan pemerintah. Sebab minyak goreng yang dijual adalah minyak goreng stok lama yang dibeli pedagang dengan harga lama.

Oleh karena itu, untuk menurunkan harga minyak goreng curah di pasar tradisional, pemerintah mengungkapkan adanya upaya pencampuran antara minyak goreng stok lama dengan yang baru.

Dengan begitu, harga minyak goreng di pasar tradisional diharapkan bisa segera turun sesuai dengan HET baru.

"Sekarang mereka (pedagang pasar) mulai proses mem-blanding. Mem-blanding itu harga yang mereka beli mahal sebelumnya, dicampur dengan harga yang murah. Kemarin harga Rp 18.000-19.000 per liter," kata Lutfi.

"Sekarang ini dengan proses blanding mereka mencampur, sehingga harganya bisa sama-sama turun 2-3 hari ke depan menjadi Rp 11.500 per kilogram untuk minyak curah," ujar Lutfi lagi.

Baca juga: Janji Baru Pemerintah: Pasokan Minyak Goreng Lancar dalam Seminggu ke Depan

Janji kedua

Kementerian Perdagangan kembali melontarkan janji bahwa pasokan minyak goreng murah sesuai harga eceran tertinggi akan lancar dalam seminggu ke depan.

Selain itu, pemerintah juga berjanji distribusi minyak goreng murah akan sampai ke wilayah Indonesia timur.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, pihaknya akan mengontrol ketat suplai produksi minyak sawit untuk dalam negeri sebelum diekspor oleh para produsen.

"Di ritel modern Rp 14.000 per liter jadi pada panic buying karena di pasar tradisional belum lengkap. Ini sifatnya sementara dan seminggu ke depan sudah lancar," kata Oke dalam dialog bertajuk Menjamin Ketersediaan Minyak Goreng bersama Ombudsman secara virtual, 8 Februari 2022 lalu.

Baca juga: Kemendag Minta Pedagang Minyak Goreng Laporkan Distributor Nakal

Oke menuturkan, saat ini tercatat ada 40 juta liter minyak sawit yang siap didistribusikan. Volume itu merupakan hasil dari kebijakan domestic market obligation (DMO) sebesar 20 persen dari pasokan minyak sawit mentah (CPO) yang akan diekspor.

"Saya sudah mendapat laporan itu dan sudah dicek sampai ke wilayah timur. Jadi saya pastikan dalam seminggu ke depan pasokan sudah lancar," tegas Oke.

Kemendag juga memastikan produksi CPO untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri tidak akan bocor dan dijual ke luar negeri.

Sebab, hingga saat ini saja, kata Oke, dari 196 perusahaan eksportir, baru diterbikan izin ekspor untuk 14 perusahaan karena kebanyakan belum memenuhi pasokan dalam negeri sesuai kebijakan DMO.

Selain itu Oke juga mengatakan, pasokan minyak goreng hasil DMO akan mulai mengisi pasar-pasar tradisional dalam kemasan curah seharga Rp 11.500 di tingkat konsumen.

Baca juga: Saat Cari Minyak Goreng Saja Susah...

Diharapkan, dengan kelancaran distribusi minyak curah untuk pasar, tekanan permintaan terhadap toko ritel modern bisa dikurangi.

Oke menambahkan, kapasitas maksimal penyimpanan minyak goreng di ritel modern sekitar 20-25 juta liter per bulan. Jumlah itu cukup kecil jika dibandingkan dengan total kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat yang mencapai 327 juta liter per bulan.

Adapun stok minyak goreng di toko ritel, berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kemendag, gudang telah terisi sekitar 12 juta liter atau 50 persen dari kapasitas penyimpanan.

"Artinya di toko ritel saat ini sudah tersedia hanya saja mungkin masih dalam perjalanan. Di Jawa itu cepat, yang saya perhatikan itu di Timur," kata Oke.

Baca juga: Gara-gara Disubsidi Pemerintah, Minyak Goreng Kini Hilang dari Rak Minimarket

Realita di lapangan

Di lapangan, masyarakat justru sangat sulit menemukan minyak goreng murah di pasaran, baik di pasar moder maupun pasar tradisional. Hal itu terjadi merata di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Dilansir dari Antara, harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional Palembang, Sumatera Selatan, masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yaitu minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Pemilik Toko Usman di Pasar Perumnas Palembang, Usman, Jumat, mengatakan dirinya menjual minyak goreng merek Fortune Rp 15.000 per liter karena merupakan stok lama.

“Sementara untuk minyak curah dan merek lainnya, hanya ada harganya saja. Barangnya tidak ada dari distributor,” kata Usman.

Sri, pemilik Toko Sari Rasa di Pasar Perumnas mengatakan dirinya mendapatkan tawaran dari distributor untuk menjual produk merek Sunco untuk kemasan dua liter seharga Rp 26.800.

Baca juga: Diduga Jadi Penyebab Harga Minyak Goreng Naik, Apa Itu Kartel?

“Jika saya jual Rp 28.000 artinya cuma untung Rp 1.300 per dua liter. Saya pikir belum bisa, karena biasanya untung Rp 1.500 per dua liter. Jadi pilih tidak jual dulu,” kata dia.

Sri pun hingga kini masih berupaya menjual stok lama dengan harga Rp 17.000 per liter.

"Nanti jika sudah habis, baru jual Rp 14.000 per kilogram," kata dia.

Pedagang sembako lainnya, Sholeh di Pasar Lemabang Palembang mengatakan dirinya hingga kini tak menjual minyak goreng karena tidak mendapatkan pasokan dari distributor sejak pemberlakuan HET oleh pemerintah.

“Lagipula pembeli yang nanya sedikit, mereka banyak beli di Alfamart atau Indomaret,” kata dia.

Baca juga: Kecurigaan KPPU: Minyak Goreng Dijual Mahal, padahal dari Kebun Sendiri

Sementara di Solo, sejumlah pedagang di pasar tradisional menjual minyak goreng rata-rata dengan harga lama yakni antara Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per liter.

Berdasarkan pantauan Antara di Pasar Tradisional Sidodadi Solo, Jumat, harga minyak goreng curah rata-rata Rp 20.000 per liter dan kemasan berkisar antara Rp 18.000 per liter hingga Rp 20.000 per liter, tetapi stok barang di pasar itu relatif cukup.

Menurut Sidiq (39), salah satu pedagang di Pasar Sidodadi Solo, rata-rata pedagang di pasar ini masih menggunakan harga lama, untuk minyak goreng curah dijual Rp 20.000 per liter dan kemasan mulai Rp 18.000 per liter hingga Rp 20.000 per liter dan stok masih cukup.

"Kami tetap menjual harga minyak goreng dengan harga lama karena harga dari pemasok juga tinggi. Jika harga harga normal hanya kisaran Rp 11.000 per liter hingga Rp 14.000 per liter, " katanya.

Baca juga: Ironi Minyak Goreng Mahal dan Luas Kebun Sawit yang Terus Bertambah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com