Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Cerita Tentang Pesawat Garuda Indonesia

Kompas.com - 12/03/2022, 13:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PESAWAT termasuk kru pesawat terutama pilot dan copilot, adalah modal utama bagi maskapai penerbangan.

Tanpa adanya pesawat, maskapai tidak akan bisa beroperasi. Makanya pengadaan pesawat menjadi penting bagi maskapai.

Pesawat bisa diadakan dengan beli atau sewa. Di Indonesia saat ini, pengadaan pesawat tergantung aturan dari pemerintah. Terutama jumlah minimal pesawat yang harus dibeli dan disewa.

Pengadaan pesawat memang harus cermat, disesuaikan dengan rencana bisnis (business plan).

Apalagi setiap pesawat mempunyai spesifikasi teknis khusus, sesuai perkembangan teknologi saat itu, sehingga tidak bisa sembarangan dibeli. Pembelian pesawat juga dipengaruhi hal-hal non teknis seperti sisi politis.

Tapi tetap saja faktor teknis tidak bisa diabaikan, misalnya berapa panjang landasan dan kekuatan landasan yang bisa melayani pesawat itu. Kemudian berapa banyak muatannya, sampai berapa jauh pesawat bisa terbang dan sebagainya.

Jika ada beberapa pabrik yang menyediakan pesawat sejenis, tentu akan lebih mudah memilih. Tapi sayangnya, tidak banyak pabrik pesawat di dunia ini.

Dan jenis-jenis produksinya juga kadangkala tidak sama. Sehingga maskapai seperti tidak punya pilihan lain.

Karena pengaruh banyak faktor itu, antara rencana bisnis dan pengadaan pesawat mempunyai keterkaitan yang unik.

Lazimnya, perusahaan membuat rencana bisnis sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, baru kemudian mencari pesawat yang sesuai.

Namun ada kalanya perusahaan sudah menguasai pesawat lebih dahulu dan kemudian baru membuat rencana bisnis yang disesuaikan.

Maskapai Garuda Indonesia juga mengalami hal yang sama. Apalagi sebagai maskapai yang usianya sudah mencapai 73 tahun, banyak cerita terkait pesawat-pesawat Garuda mulai dari awal didirikan hingga sekarang.

Warisan Belanda

Dikutip dari edisi koleksi Majalah Angkasa yang berjudul “Sejarah Penerbangan Indonesia”, pesawat-pesawat Garuda pada awalnya adalah pesawat dari anak perusahaan maskapai Belanda, KLM, yang beroperasi di Indonesia, yaitu Inter-Insulair Bedrijf (IIB).

Pesawat-pesawat IIB diserahkan ke Indonesia sebagai konsekuensi dari hasil Konferensi Meja Bundar akhir tahun 1949 di mana Belanda mengakui negara Indonesia dan menyerahkan aset-asetnya yang ada di Indonesia, termasuk aset penerbangan.

Dalam akte pendirian Perseroan Terbatas “Garuda Indonesian Airways N.V” No.137 tanggal 31 Maret 1950, disebutkan bahwa pesawat yang dimiliki Garuda sebanyak 26 unit dengan rincian 11 pesawat Dakota untuk angkutan penumpang, 12 pesawat Dakota untuk angkutan barang dan 3 pesawat Catalina Amphibie.

Sebagai direktur utama yang pertama ditunjuk TH. J. De Bruijn, seorang Belanda karena waktu itu dianggap belum ada orang Indonesia yang mampu mengelola maskapai penerbangan.

Indonesia saat itu memang sangat minim pengalaman di bidang penerbangan sipil, walaupun sebenarnya sudah punya “maskapai” yang bernama Indonesian Airways sejak Februari 1948.

Maskapai itu dijalankan oleh para anggota TNI AU pimpinan Wiweko Soepono di Burma dan pesawatnya memakai registrasi RI- atau pesawat militer. Sedangkan pesawat-pesawat Garuda menggunakan registrasi PK- (sipil).

Hingga dibubarkan tahun 1950, Indonesia Airways mempunyai tiga pesawat Dakota, yaitu dua pesawat milik dan satu pesawat sewa.

Kembali ke Garuda, dengan pesawat-pesawat yang dimiliki itu, pada awalnya melayani rute-rute yang sudah dilayani oleh IIB sebelumnya.

Namun ternyata adanya penerbangan sipil ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia sehingga bulan September 1950 Garuda menambah pesawat lagi. Dan ini tercatat sebagai penambahan armada pertama bagi Garuda.

Direktur Utama Garuda waktu itu adalah Doktor Emile van Konijnenburg, masih orang Belanda, yang menggantikan De Bruijn.

Konijnenburg mengumumkan saat itu pesawat Garuda sudah bertambah menjadi 23 pesawat Dakota, 8 pesawat Catalina dan 8 pesawat Convairliner. Semuanya jenis pesawat baling-baling.

Jadi jika di awal pendiriaan kepemilikan pesawat adalah karena peristiwa politik, pengembangan armada pesawat pertama sudah melalui pertimbangan bisnis.

Pojok Malvinas

Setelah itu, Garuda kembali membeli dan sekaligus juga mempensiunkan pesawat, suatu hal biasa pada sebuah maskapai penerbangan.

Namun yang perlu dicatat lagi adalah pengembangan armada Garuda awal tahun 1980-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Whats New
Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Whats New
Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Whats New
Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Whats New
BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

Whats New
Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Whats New
Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Whats New
Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Whats New
Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Whats New
Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Whats New
Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Whats New
Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Whats New
Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com