Perubahan alokasi tersebut cukup besar di mana perusahaan penyedia layanan memprediksi peningkatan +10.2 persen dan dan penyedia produk memprediksi +4.9 persen pada 2022.
Beberapa faktor penyebab utama adalah fenomena konsumen yang telah ‘mati rasa’ dengan iklan digital akibat terlalu tingginya kegiatan yang dilakukan secara daring ataupun karena akan berkurangnya cookie pelacakan pada Apple dan Chrome yang diperuntukan untuk menargetkan iklan (HBR, 2022).
Di Indonesia, kebiasaan berbelanja secara daring tidak juga akan hilang begitu saja karena sebelum pandemi aktivitas belanja secara online telah mengalami pertumbuhan yang pesat.
Sejak sebelum pandemi, platform belanja online telah berinvestasi untuk menumbuhkan kebutuhan belanja dengan platform digital melalui berbagai kampanye seperti promo besar di mega days pada tanggal-tanggal cantik seperti 11.11 dan 12.12.
Memang tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan tersebut semakin cepat selama pandemi di mana konsumen digital bertambah hingga 21 juta orang (Survei Sensum Internal Survey, 2021).
Namun, hasil survei yang sama juga menunjukkan bahwa 73 persen konsumen akan tetap bebelanja secara offline dan online.
Dilihat dari sudut ‘aktivitas berbelanja’ itu sendiri, fenomena ini menguntungkan kedua belah pihak, baik konsumen maupun pebisnis.
Bagi konsumen, dibukanya kembali pusat perbelanjaan offline memberikan kepuasan berbelanja lebih dengan merasakan produk secara langsung, terutama produk yang dapat langsung diaplikasikan pada tubuh.
Tentu tidak sedikit konsumen yang ingin mencoba sebelum membeli seperti mengukur baju dan sepatu, mencoba perawatan wajah dan tubuh, hingga mencium aroma parfum.
Untuk konsumen yang akan membeli gadget ataupun barang otomotif, banyak yang merasa lebih aman setelah melihat langsung.
Bagi pebisnis, terutama yang berjualan produknya di toko namun berada di lokasi yang sulit di akses, mereka juga diuntungkan dengan dapat mengiklankan produk mereka melalui platform digital.
Selain bisa membuat produk semakin dikenal, mereka dapat menarik calon konsumen untuk datang ke toko.
Pebisnis yang beriklan melalui platform digital juga bisa menyesuaikan penyetelan target iklan yang akan mereka sebarkan kepada calon konsumen dengan segmentasi yang lebih spesifik, seperti rentang usia, jenis kelamin dan juga preferensi kesukaan target konsumen mereka.
Melalui platform belanja online juga, calon konsumen yang ingin melakukan riset harga, melihat ulasan pembeli atau mengetahui spesifikasi produk sebelum membeli.
Bahkan, mekanisme pembayaran untuk aktifitas belanja online kini dapat dilakukan dengan cicilan atau yang kerap disebut pay later sehingga memudahkan konsumen untuk segera membeli produk yang diinginkannya.