Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Belum Mampu Tentukan Harga CPO Dunia, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 04/09/2022, 19:30 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kendati Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia, namun banyak faktor yang menyebabkan Indonesia masih belum bisa menentukan harga CPO dunia.

Faktor yang dimaksud karena adanya ketidakpastian pasar bursa, supply dan demand, kebijakan pemerintah, serta lebih banyaknya permintaan CPO dari luar negeri dibandingkan konsumsi domestik sehingga mempengaruhi harga CPO Indonesia.

Hal tersebut ia kemukakan dalam dialog yang dihelat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), baru-baru ini.

"Supaya ke depannya kita bisa lebih mengendalikan harga sawit maka kita yang men-create demand-nya. Salah satunya dengan memperluas potensi hilirisasi minyak sawit. Meskipun dari 2011 hingga saat ini hilirisasi sawit sudah cukup banyak, tapi masih bisa diperbanyak lagi," ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (4/9/2022).

Baca juga: Pertamina: Harga Pertamax Masih Paling Kompetitif

Memang, kata dia, produk turunan minyak sawit merupakan produk turunan minyak nabati yang paling banyak diminati masyakarat dunia. Bahkan jumlahnya mencapai 33 persen terhadap produk minyak nabati dunia.

Bagi negara-negara kompetitor penghasil minyak nabati di dunia, mereka juga ingin mengunggulkan produk minyak nabati sehingga muncul adanya perang harga, kampanye negatif atau black campaign. Padahal lanjut Ahmad, banyak industri makanan di Uni Eropa menggunakan minyak sawit sebagai bahan utama.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bagian Bursa dan Pengembangan Bisnis PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) Andrial Saputra menuturkan, kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan baku produk pangan, oleokimia, dan bahan bakar nabati sangatlah penting sehingga diperlukan menjaga kestabilan harga CPO domestik.

Sebab pergerakan harga CPO ini juga turut berdampak pada pergerakan harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani.

Baca juga: Terbebani Kenaikan Harga BBM, Pengemudi Ojol Minta Tarif Layanan Disesuaikan


"Naik turunnya harga CPO berlangsung harian. Cukup banyak faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO, terutama dari fundamental yang terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal," kata dia.

Lebih lanjut kata Andrial, penetapan harga komoditas di Indonesia, termasuk CPO menggunakan tiga pendekatan utama di antaranya supply and demand approach, market approach, dan cost oriented approach.

Andrial menjelaskan, tren strong bullish CPO pada 2021 disebabkan potensi produksi global yang melambat akibat kekurangan tenaga kerja di Malaysia, kondisi ekspor yang masih solid akibat beberapa negara melonggarkan kebijakan lockdown.

Selain itu, ada kebijakan Pemerintah India yang memotong pajak impor CPO, dorongan persaingan harga minyak kedelai, serta adanya prediksi dari para ahli bullish dunia terkait pergerakan harga CPO yang positif hingga 2022.

Baca juga: Siap-siap, Harga Sembako Bakal Melonjak Imbas Kenaikan BBM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com