Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren "Startup" Gabungkan "E-commerce" dan "Online Travel Agent", Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 03/10/2022, 19:32 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bermacam cara dilakukan pebisnis starup dalam upaya menggaet pelanggan membelanjakan uangnya. Misalkan saja, perusahaan rintisan milik grup Djarum, Blibli dan Tiket.com. Di bawah naungan GDP Venture, Blibli bersinergi dengan Tiket.com menggabungkan ekosistem e-commerce dan Online Ticket Agent (OTA).

Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana mengatakan, integrasi tersebut dilakukan mulai dari promosi potongan harga, sinergi ekosistem layanan, hingga mengintegrasikan kanal penjualan digital dan konvensional (omnichannel) untuk memperluas dan memudahkan akses konsumen.

“Secara bisnis, model kolaborasi ini menguntungkan karena memperbesar ceruk pasar, sekaligus mendongrak pendapatan dari e-commerce ini. Selain itu, model bisnis e-commerce dan OTA ini adalah berbasis teknologi digital, maka otomatis juga akan mendongkrak geliat ekonomi digital di Indonesia dan menjadi sesuatu yang baru dan luar biasa,” ujar Andri dalam siaran pers, Senin (3/10/2022).

Baca juga: Banjir Promo di E-commerce, Bijaklah Menggunakan Paylater

CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia banyak dibantu di antaranya oleh industri keuangan dan ekonomi digital. Konsep yang digunakan oleh banyak startup yang berkembang adalah mengintegrasikan dari teknologi digital.

Menurut CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto penggabungan layanan digital antara dua platform akan menghasilkan ekosistem bisnis yang sehat.

“Melalui integrasi layanan e-commerce dan online travel agent, pengguna bisa menggabungkan keanggotaan dari kedua aplikasi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari pemenuhan kebutuhan harian dan gaya hidup,” kata Kusumo.

Baca juga: Google Disebut sebagai Ancaman untuk Online Travel Agent

Akhir tahun lalu, Blibli bahkan telah mengakuisisi mayoritas saham PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) untuk memperkuat ekosistem omnichannel di sektor e-groceries.

“Kolaborasi ini menjadi momentum bagi Blibli dalam percepatan dan penguatan omnichannel kedua entitas dalam mengembangkan layanan groseri,” terang Kusumo dalam kesempatan terpisah.

Baca juga: Erick Thohir Tebar Pendanaan untuk Startup Pangan, Kesehatan, dan Energi

 

3 tantangan startup

Meski potensi yang besar Andri kembali mengingatkan ada sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai sekaligus kesempatan oleh para startup ini.

Pertama pendanaan dari asing mulai selektif karena ada resesi di negara-negara luar. Kedua, pola bakar uang dengan memberikan promo menarik sudah tidak menarik bagi mereka.

Ketiga, di lain pihak, konsumen lebih memilih berbelanja dengan harga yang lebih murah. Ketika promo berkurang, permintaan dari masyarakat juga menurun.

"Bagi perusahaan yang tidak bergantung kepada pendanaan dari luar negeri akan menjadi kesempatan bagus," pungkas Andri.

Baca juga: Ekonomi Digital RI 2030 Diramal Capai Rp 4.531 Triliun, Jokowi: Ada Peluang Besar Pengembangan Startup Pangan

 

Pendanaan startup tanah air

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, pemerintah tengah bersiap menyambut era keemasan ekonomi digital Indonesia. Beragam upaya mendorong perkembangan ekosistem digital terus disiapkan mulai dari kerangka peraturan, matchmaking business event, hingga teranyar mempersiapkan Merah Putih Fund untuk mendanai perusahaan rintisan tanah air.

“Kalau kita lihat dari sisi size ekonomi digital, Indonesia meningkat dengan sangat pesat dan tentu yang namanya strategi besar dari Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0 ke depan. Ini semua dijalankan dengan digital ekosistem dengan inovasi dan juga dengan berbagai infrastruktur digital Indonesia,” kata Suahasil.

Berdasarkan proyeksi Kementerian Keuangan ekonomi digital Indonesia tumbuh 20 persen dari tahun 2021, menjadi 146 miliar dollar AS pada tahun 2025. Untuk kontributor terbesar diperkirakan melalui e-commerce dan online travel agent (OTA).

Melihat fenomena ini, Pemerintah memasukkan ekonomi digital menjadi satu dari 18 industri pionir yang mendapatkan kebijakan fiskal terkait transaksi elektronik dan barang digital. Tak heran para perusahaan teknologi (tech company) berlomba-lomba untuk berinovasi dalam membangun ekosistem digitalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com