Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Jadi Titik Terang di Tengah Gelapnya Ekonomi Global

Kompas.com - 18/10/2022, 18:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyakini ekonomi Asia akan cukup kuat di tengah pelemahan ekonomi global. Pandangan ini tertuang dalam laporan regional terbaru 'Asia Sails Into Headwinds From Rate Hikes, War, and China Slowdown'.

Ekonomi Asia pada tahun ini memang mengalami tantangan berat mulai dari kenaikan suku bunga, perang antara Rusia dan Ukraina, dan melemahnya aktivitas ekonomi China, meski demikian IMF menyebut tetap ada 'titik terang' pada wilayah ini di tengah gelapnya ekonomi global.

"Asia tetap menjadi titik terang relatif dalam ekonomi global yang semakin meredup," tulis IMF dalam laporannya dikutip Selasa (18/10/2022).

Baca juga: Agar Indonesia Tak Jadi Pasien IMF, Ini Saran Ekonom

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia dan Pasifik sebesar 4 persen pada tahun ini, dan sebesar 4,3 persen pada 2023. Kedua proyeksi itu memang masih di bawah rata-rata pertumbuhan dalam dua dekade terakhir yang mencapai 5,5 persen.

Namun, angka itu lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan di kawasan Eropa yang sebesar 3,1 persen di 2022 dan sebesar 0,5 persen di 2023. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat yang diproyeksi 1,6 persen di 2022, dan sebesar 1 persen di tahun depan.

Proyeksi pertumbuhan kawasan Asia itu bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mencapai 3,2 persen di 2022, serta menjadi sebesar 2,7 persen pada 2023.

IMF menyebut Asia Tenggara kemungkinan menjadi wilayah di kawasan Asia yang akan menikmati pemulihan kuat. Ini tercemin dari pertumbuhan ekonomi yang tetap positif di sejumlah negara Asia Tenggara.

Seperti Myanmar yang diproyeksi ekonomi akan tumbuh 2 persen di 2022 dan 3,3 persen di 2023, Thailand tumbuh 2,8 persen di 2022 dan 3,7 persen di 2023, Kamboja 5,1 persen di 2022 dan 6,2 persen di 2023, Indonesia tumbuh 5,3 persen di 2022 dan 5 persen di 2023.

Lalu ekonomi Malaysia diperkirakan tumbuh 5,4 persen di 2022 dan 4,4 persen di 2023, Filipina tumbuh 6,5 persen di 2022 dan 5 persen di 2023, serta Vietnam tumbuh 7 persen di 2022 dan 6,2 persen di 2023.

"Vietnam diuntungkan dari perannya yang semakin penting dalam rantai pasok global, sehingga kami perkirakan pertumbuhannya 7 persen. Filipina diperkirakan akan ekspansi ke 6,5 persen di tahun ini, sementara Indonesia dan Malaysia pertumbuhannya akan mencapai 5 persen," papar IMF.

Baca juga: Bantu Negara Rentan, Dana Sukarela IMF Sudah Terkumpul 80,6 Miliar Dollar AS

Sementara pada Kamboja dan Thailand ekonominya kemungkinan akan ditopang oleh pemulihan sektor pariwisata seiring meningkatnya kunjungan wisatawan asing.

Sementara Myanmar yang ekonominya sudah mengalami resesi akibat kudeta dan pandemi, diperkirakan pertumbuhan tahun ini akan stabil di tingkat rendah seiring masih berlanjutnya kerusuhan.

Di sisi lain, IMF melihat ada wilayah Asia yang diproyeksi ekonominya tetap redup, yakni di bagian Selatan. Sri Lanka masih mengalami krisis ekonomi yang parah, meskipun pihak berwenang telah mencapai kesepakatan dengan staf IMF tentang program yang akan membantu menstabilkan ekonomi negara itu.

IMF pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi Sri Lanka akan terkontraksi 8,7 persen pada 2022 dan terkontraksi 3 persen pada 2023.

Lalu ada Bangladesh, yang akibat perang di Ukraina dan kenaikan harga komoditas, telah menghambat pemulihan kuat pasca pandemi di negara itu. Namun ekonomi Bangladesh diperkirakan positif di 7,2 persen di 2022 dan 6 persen di 2023.

"Negara dengan utang tinggi seperti Maladewa, Laos, dan Papua Nugini, dan mereka yang kembali menghadapi risiko pembiayaan, seperti Mongolia, juga menghadapi tantangan seiring terjadinya pasang surut ekonomi," tulis IMF.

Sementara China, setelah pertumbuhan mendekati nol pada kuartal II-2022, ekonomi negara ini diperkirakan akan pulih secara moderat di paruh kedua tahun ini untuk mencapai pertumbuhan 3,2 persen di sepanjang 2022. Pada 2023 ekonomi China diperkirakan bisa tumbuh 4,4 persen.

Namun proyeksi tersebut dengan asumsi kebijakan nol Covid-19 yang diterapkan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, dilonggarkan secara bertahap.

Baca juga: 28 Negara Jadi Pasien IMF, Menko Airlangga: Indonesia Harus Hati-Hati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com